Blogger Jateng

Tantangan dan Keterbatasan Keamanan Biometrik di Mobil

Dengan evolusi teknologi otomotif, sistem keamanan biometrik telah diperkenalkan pada kendaraan modern. Sistem ini mengandalkan karakteristik fisiologis mulai dari sidik jari dan pengenalan wajah hingga pola suara untuk memverifikasi identitas pengguna dan memberikan pengalaman berkendara yang disesuaikan. Meskipun nyaman dan memberikan sentuhan perlindungan ekstra, keamanan biometrik BMW, dan keamanan biometrik mobil pada umumnya, tidaklah sempurna. Seperti teknologi baru lainnya, teknologi ini memiliki tantangan dan batasannya sendiri yang harus dipertimbangkan dengan cermat oleh produsen mobil, regulator, dan konsumen.

1. Masalah Akurasi dan Keandalan

Salah satu masalah utama dengan sistem keamanan biometrik adalah akurasinya. Sensor dapat dipengaruhi oleh fitur lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya. Pengenalan wajah dapat gagal dalam gelap atau jika pengemudi mengenakan kacamata hitam, misalnya. Pemindai sidik jari juga dapat dipengaruhi oleh kotoran, kelembapan, atau bahkan luka kecil pada jari pengguna. Sistem pengenalan suara terkadang mengalami kesulitan, karena mereka mungkin bingung dengan kebisingan latar belakang atau perubahan sementara pada suara pengguna, seperti dalam kasus pilek. Ketidakkonsistenan ini dapat menyebabkan penolakan yang salah, sehingga membuat frustrasi pengguna yang sah.

sumber: 123rf.com

2. Risiko Spoofing dan Peretasan

Meskipun biometrik lebih sulit ditiru daripada kunci atau kata sandi biasa, biometrik tidak kebal terhadap pemalsuan. Beberapa sistem berpotensi ditipu dengan gambar beresolusi tinggi, model 3D, atau bahkan rekaman suara. Ada beberapa contoh peretas yang berhasil melewati autentikasi biometrik dengan teknologi yang cukup terjangkau. Jika kata sandi Anda dibobol, Anda dapat mengubahnya. Jika peretas mendapatkan akses ke data biometrik, implikasinya jauh lebih serius dan permanen, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan jangka panjang.

3. Masalah Privasi

Data biometrik sangat sensitif. Tindakan mengumpulkan, menyimpan, dan memproses informasi ini menimbulkan masalah privasi yang serius. Siapa yang memiliki data biometrik: pemilik mobil, produsen, atau penyedia pihak ketiga? Dan apakah data ini disimpan dengan aman dan terenkripsi? Data mungkin dikirim ke server cloud untuk diproses dalam beberapa situasi, dan transmisi dapat dicegat, atau cloud dapat dibobol. Selain itu, ketidaktahuan pengguna tentang MENGGUNAKAN, MEMBAGIKAN, dan MENJUAL DATA PRIBADI mereka menyebabkan HAK PRIVASI mereka TERLANGGAR.

4. Rintangan Peraturan dan Hukum

Kerangka hukum seputar data biometrik masih terus berkembang. Oleh karena itu, setiap negara/wilayah memiliki peraturan yang berbeda terkait pengumpulan dan penggunaan informasi biometrik. Misalnya, GDPR Uni Eropa memiliki pembatasan yang kuat pada data biometrik, sementara Amerika Serikat memiliki beragam undang-undang tingkat negara bagian. Untuk memastikan kepatuhan, produsen mobil menghadapi tantangan yang menakutkan dalam menavigasi kompleksitas kerangka kerja hukum yang unik di setiap wilayah, menyeimbangkan inovasi dengan persyaratan hukum, dan menghindari hukuman atau litigasi yang mahal. Selain itu, peraturan harus diperbarui untuk mengimbangi kemajuan pesat teknologi biometrik.

5. Biaya dan Aksesibilitas

Pemasangan sistem biometrik pada kendaraan akan meningkatkan biaya produksi yang dapat dibebankan kepada konsumen. Hal ini dapat berarti bahwa keamanan biometrik hanya tersedia pada model premium, sehingga menciptakan kesenjangan dalam teknologi keamanan kendaraan antara model mewah dan mobil yang lebih terjangkau. Selain itu, sistem biometrik tidak nyaman atau dapat diakses oleh semua pengguna. Misalnya, beberapa orang mungkin memiliki disabilitas atau kondisi yang membuat metode biometrik tertentu tidak memadai, sehingga mengkhawatirkan masalah akses dan inklusi.

6. Terlalu Mengandalkan Teknologi

Ada juga bahaya dari terlalu mengandalkan sistem biometrik. Kegagalan untuk mengautentikasi dengan biometrik atau fallback yang dapat diandalkan, apakah itu kunci fisik atau PIN, akan mengunci pengguna dari kendaraan mereka. Redundansi juga sangat penting, tetapi menambahkan lapisan kompleksitas tambahan yang perlu dikelola dengan tepat. Selain itu, karena kendaraan menjadi semakin saling terkait dan bergantung pada perangkat lunak, mereka juga menjadi lebih rentan terhadap serangan siber yang dapat memanfaatkan elemen biometrik.

Kesimpulan

Biometrik semacam itu adalah cara yang berpotensi kuat untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan di dalam kendaraan, tetapi juga memiliki tantangan yang cukup besar. Terlepas dari janji yang mereka berikan, ada banyak kendala yang harus diatasi termasuk masalah akurasi, privasi, hukum, dan aksesibilitas yang akan mencegah penggunaannya dalam skala besar. Dengan inovasi yang terus berlanjut di sektor otomotif, menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi biometrik seperti itu dengan langkah-langkah perlindungan data yang kuat serta metode keselamatan jalan raya tradisional tetap menjadi fokus utama untuk memulihkan dan mempertahankan kepercayaan dalam keselamatan pengguna.