Blogger Jateng

Layanan Mikro dan Pengembangan Cloud-Native

Dalam lanskap pengembangan perangkat lunak yang serba cepat saat ini, organisasi semakin banyak mengadopsi model arsitektur baru agar tetap kompetitif dan inovatif. Salah satu model yang paling menonjol dari model-model ini adalah arsitektur layanan mikro, yang sering kali digunakan bersamaan dengan pengembangan cloud-native. Pendekatan ini telah mendapatkan perhatian luas karena kemampuannya untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh aplikasi monolitik tradisional dan kompatibilitasnya dengan sifat lingkungan cloud yang fleksibel dan dapat diskalakan.

Apa yang dimaksud dengan Layanan Mikro?

Layanan mikro adalah pendekatan arsitektur untuk pengembangan perangkat lunak di mana sebuah aplikasi terdiri dari layanan-layanan kecil yang digabungkan secara longgar, yang masing-masing mengimplementasikan kapabilitas bisnis. Layanan-layanan ini berkomunikasi satu sama lain melalui API, biasanya menggunakan HTTP atau antrean pesan. Pendekatan layanan mikro berlawanan dengan model monolitik tradisional, di mana semuanya terikat bersama dan beroperasi sebagai satu kesatuan.

sumber: learnwoo.com

Setiap layanan mikro dalam sebuah sistem dikembangkan, digunakan, dan dipelihara secara independen. Pemisahan ini memungkinkan siklus pengembangan yang lebih cepat dan fleksibilitas yang lebih besar. Tim dapat bekerja pada masing-masing layanan secara bersamaan, yang mempercepat waktu ke pasar dan memungkinkan mereka untuk menskalakan dan mengembangkan bagian dari aplikasi tanpa memengaruhi keseluruhan sistem.

Fitur-fitur Penting dari Layanan Mikro

  1. Kemandirian: Layanan mikro adalah unit independen, dengan basis data dan logikanya sendiri. Hal ini memungkinkan mereka untuk dikembangkan, diuji, dan digunakan secara independen dari layanan lain.
  2. Skalabilitas: Setiap layanan mikro dapat diskalakan secara independen, sehingga organisasi hanya dapat menskalakan bagian dari aplikasi mereka yang mengalami permintaan yang lebih tinggi daripada keseluruhan sistem.
  3. Ketahanan: Satu layanan mikro dapat gagal tanpa memengaruhi seluruh sistem. Isolasi ini meningkatkan keandalan sistem secara keseluruhan, karena setiap layanan dapat dipantau dan dipelihara secara independen.
  4. Agnostik Teknologi: Layanan mikro memungkinkan tim untuk memilih tumpukan teknologi yang paling sesuai untuk setiap layanan. Ini berarti layanan yang berbeda dapat dibangun menggunakan bahasa pemrograman, kerangka kerja, atau basis data yang berbeda berdasarkan kebutuhan spesifik layanan.

Pengembangan Cloud-Native

Pengembangan cloud-native adalah proses merancang aplikasi yang akan sepenuhnya memanfaatkan model komputasi awan. Metode ini memanfaatkan teknologi seperti kontainerisasi, layanan mikro, dan alat orkestrasi untuk mengembangkan aplikasi yang sangat mudah beradaptasi, dapat diskalakan, dan tangguh. Aplikasi ini biasanya lebih cepat, lebih terukur, lebih toleran terhadap kesalahan, dan lebih konsisten di berbagai lingkungan cloud (publik, privat, hybrid).

Salah satu komponen utama pengembangan cloud-native adalah penggunaan kontainer, yang merupakan unit ringan dan portabel yang membundel aplikasi dan ketergantungannya. Kontainer dapat dengan mudah digunakan di berbagai platform dan lingkungan cloud, sehingga pengembang dapat fokus pada pengembangan fitur alih-alih mengkhawatirkan masalah infrastruktur. Kontainer biasanya dikelola oleh alat orkestrasi seperti Kubernetes, yang mengotomatiskan tugas-tugas seperti penerapan, penskalaan, dan pengelolaan aplikasi dalam kontainer.

Bagaimana Microservices dan Pengembangan Cloud-Native Bekerja Sama

Pengembangan layanan mikro adalah filosofi yang ada dalam pengembangan cloud-native; keduanya membentuk sinergi yang dapat meningkatkan skalabilitas dan kemampuan beradaptasi aplikasi perangkat lunak.
  • Skalabilitas dan Fleksibilitas: Dapat digunakan karena Microservices dapat diskalakan berdasarkan desain. Mengingat bahwa setiap layanan mikro dapat digunakan dalam satu atau lebih kontainer dan dapat dikelola melalui alat orkestrasi seperti Kubernetes, organisasi dapat melakukan scaling secara individual dan dalam skala yang lebih besar sesuai kebutuhan, sesuai permintaan. Hal ini menjadikan pengembangan cloud-native sebagai pendekatan yang ideal bagi organisasi yang ingin memanfaatkan layanan mikro dalam skala besar.
  • Integrasi Berkelanjutan dan Penerapan Berkelanjutan: Pengembangan cloud-native mendorong praktik DevOps, memungkinkan pengembang dan operasi untuk bekerja bersama. Proses CI/CD Tingkat Lanjut untuk Layanan Mikro dengan Jenkins Sama seperti aplikasi klasik, menggunakan alat bantu seperti Jenkins untuk proses CI/CD otomatis dapat membantu tim pengembang dan operasi untuk membangun, menguji, dan menerapkan layanan mikro secara otomatis. Hal ini memungkinkan efisiensi dan penggunaan layanan mikro yang disampaikan dengan kecepatan dan keandalan.
  • Ketahanan dan Toleransi Kesalahan: Layanan mikro memberikan ketahanan yang melekat dan dapat dibuat toleran terhadap kesalahan dengan memanfaatkan teknologi asli cloud seperti penskalaan otomatis dan arsitektur terdistribusi.  Misalnya, jika layanan mikro gagal, layanan ini dapat secara otomatis dimulai ulang atau diganti tanpa mengganggu keseluruhan aplikasi, yang mengarah pada peningkatan waktu kerja dan pengalaman pengguna yang lebih baik.
  • Waktu Lebih Cepat ke Pasar: Karena layanan mikro memungkinkan beberapa tim untuk bekerja pada layanan yang berbeda, layanan ini dapat dikembangkan secara bersamaan dan lebih cepat. Dengan bantuan lingkungan Cloud-native yang mempertahankan infrastruktur dan otomatisasi untuk menerapkan, mengelola layanan ini secara real time. Hal ini memungkinkan organisasi untuk merilis fungsionalitas baru dengan lebih cepat dan tetap berada di depan dalam persaingan bisnis mereka.

Kesimpulan

Layanan mikro dan pengembangan cloud-native mengubah cara aplikasi dibangun, digunakan, dan dikelola. Fleksibilitas, skalabilitas, dan ketahanan yang disediakan oleh layanan mikro, dikombinasikan dengan kekuatan teknologi cloud-native seperti container dan Kubernetes, menjadikan pendekatan ini sebagai masa depan arsitektur perangkat lunak. Dengan mengadopsi praktik-praktik ini, organisasi dapat berinovasi lebih cepat, mengurangi waktu henti, dan menskalakan aplikasi mereka untuk memenuhi permintaan pengguna modern yang terus meningkat.