Blogger Jateng

Pengantar Arsitektur Tanpa Server

Dalam beberapa tahun terakhir, arsitektur tanpa server telah merevolusi cara pengembang membangun dan menggunakan aplikasi. Dengan mengabstraksikan kebutuhan untuk mengelola server fisik atau virtual, komputasi tanpa server memungkinkan pengembang untuk fokus pada penulisan kode dan penyampaian fitur, sementara penyedia cloud menangani overhead operasional. Artikel ini membahas konsep inti dari arsitektur tanpa server, manfaat, tantangan, dan kasus penggunaannya.

Apa yang dimaksud dengan arsitektur tanpa server?

Arsitektur tanpa server tidak berarti tidak ada server meskipun namanya demikian. Sebaliknya, penyedia cloud, atau penyedia layanan cloud, bertanggung jawab untuk mengelola infrastruktur server. Artinya, pengembang menulis dan menerapkan kode aplikasi mereka sebagai fungsi-fungsi terpisah, sementara penyedia layanan cloud secara otomatis menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut.

sumber: geeksforgeeks.org

Fungsi dalam arsitektur tanpa server biasanya digerakkan oleh peristiwa, yang berarti fungsi tersebut dipicu oleh peristiwa tertentu seperti permintaan HTTP, perubahan basis data, atau tugas terjadwal. Model ini sering disebut sebagai Function-as-a-Service (FaaS), dengan platform populer termasuk AWS Lambda, Azure Functions, dan Google Cloud Functions.

Manfaat Utama dari Arsitektur Tanpa Server

  1. Hemat biaya: Anda hanya membayar untuk waktu yang digunakan fungsi Anda dalam model tanpa server Anda hanya ditagih untuk beban kerja tanpa server, sehingga Anda tidak membayar untuk kapasitas server yang menganggur, seperti halnya pada arsitektur berbasis server tradisional. Hemat biaya: Model komputasi awan bayar sesuai penggunaan dapat menghasilkan penghematan biaya yang besar, terutama untuk aplikasi dengan beban kerja yang tidak menentu atau tidak dapat diprediksi.
  2. Skalabilitas: Platform tanpa server menskalakan aplikasi secara otomatis sesuai permintaan. Dari menangani beberapa permintaan per hari hingga jutaan, seiring dengan pertumbuhan aplikasi, cloud menyediakan sumber daya yang Anda perlukan untuk mengatasi beban kerja.
  3. Lebih Sedikit Overhead Operasional: Pengembang tidak perlu lagi khawatir tentang penyediaan server, pemeliharaan server, atau penambalan. Hal ini memungkinkan tim untuk menggandakan pengembangan dan peningkatan aplikasi mereka daripada berurusan dengan infrastruktur.
  4. Waktu yang Lebih Cepat ke Pasar: Dengan menghilangkan kebutuhan akan manajemen server, arsitektur tanpa server mempercepat proses pengembangan dan penerapan. Pengembang dapat dengan cepat membuat prototipe, menguji, dan menerapkan fitur-fitur baru.
  5. Ketersediaan Global: Banyak platform tanpa server yang menyediakan dukungan out-of-the-box untuk menerapkan fungsi di berbagai wilayah, memastikan latensi rendah dan ketersediaan tinggi bagi pengguna di seluruh dunia.

Kekurangan Arsitektur Tanpa Server

Meskipun arsitektur tanpa server memberikan beberapa manfaat, arsitektur ini menghadirkan beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan oleh pengembang dan organisasi:
  1. Awal yang Dingin: Fungsi cloud yang sudah lama tidak digunakan, ketika digunakan, penyedia cloud harus menjalankan lingkungan runtime baru yang dapat memakan waktu yang dikenal sebagai Cold Start. Hal ini dapat memengaruhi kinerja aplikasi yang sensitif terhadap latensi.
  2. Penguncian Vendor: Ketergantungan pada platform serverless tertentu dari penyedia cloud dapat menyebabkan penguncian vendor, karena migrasi ke penyedia lain mungkin memerlukan perubahan kode yang signifikan.
  3. Debugging dan Pemantauan: Debugging aplikasi tanpa server lebih sulit daripada melakukannya untuk aplikasi tradisional karena fungsi-fungsi didistribusikan di seluruh infrastruktur cloud dan bersifat sementara. Untuk mengelola kompleksitas ini, diperlukan alat dan praktik pemantauan yang efektif.
  4. Batas Sumber Daya: Platform tanpa server sering kali memberlakukan batasan waktu eksekusi, memori, dan penyimpanan. Aplikasi dengan kebutuhan sumber daya yang tinggi mungkin memerlukan solusi alternatif atau pengoptimalan tambahan.

Kasus Penggunaan Arsitektur Tanpa Server

Arsitektur tanpa server cocok untuk berbagai kasus penggunaan, termasuk:
  1. Aplikasi Web: Platform tanpa server menangani logika backend (misalnya, permintaan API, autentikasi, dan pemrosesan data) dan terintegrasi secara mulus dengan kerangka kerja frontend.
  2. Aplikasi Berbasis Peristiwa: Aplikasi yang merespons peristiwa, seperti pengunggahan file, pembaruan basis data, atau pemicu antrean pesan, sangat cocok untuk arsitektur tanpa server.
  3. Pemrosesan Data: Ini dapat berguna untuk pemrosesan data tanpa server, di mana Anda dapat memproses set data besar secara paralel untuk operasi ETL, transkode video, pemrosesan gambar, dll.
  4. Contoh Aplikasi IoT: Arsitektur tanpa server dapat menangani masuknya data yang tinggi dari beberapa perangkat IoT dan dapat melakukan tindakan sesuai dengan pemicu yang telah ditentukan.
  5. Chatbots dan Asisten Virtual: Antarmuka percakapan yang menggunakan pemrosesan bahasa alami dapat didukung oleh platform tanpa server yang memproses permintaan waktu nyata dari pengguna dan menghasilkan respons yang sesuai.

Kesimpulan

Arsitektur tanpa server mewakili pergeseran yang signifikan dalam pengembangan dan penerapan aplikasi. Dengan melepaskan manajemen server ke penyedia cloud, pengembang dapat membangun aplikasi yang dapat diskalakan, hemat biaya, dan sangat tersedia dengan kompleksitas operasional yang minimal. Meskipun tantangan seperti cold start dan penguncian vendor perlu dipertimbangkan, manfaatnya sering kali lebih besar daripada kekurangannya untuk banyak kasus penggunaan. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi tanpa server, teknologi ini menjanjikan untuk tetap menjadi landasan pengembangan perangkat lunak modern.