Blogger Jateng

Kerentanan Web Umum: Gambaran Umum

Internet telah menjadi komponen penting dalam kehidupan modern, memungkinkan bisnis, komunikasi, dan berbagi data dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, seiring dengan meningkatnya ketergantungan pada aplikasi web, begitu pula risiko kerentanan keamanan yang dapat mengekspos data sensitif atau membahayakan sistem. Memahami kerentanan web yang umum sangat penting bagi pengembang, bisnis, dan pengguna untuk melindungi diri dari potensi ancaman. Di sini, kami menjelajahi beberapa kerentanan web yang paling umum dan implikasinya.

1. Skrip Lintas Situs (XSS)

Cross-Site Scripting (XSS) adalah salah satu kerentanan yang paling umum dan berbahaya pada aplikasi web. Serangan XSS (skrip lintas situs) terjadi ketika penyerang dapat menyuntikkan skrip berbahaya ke situs web tepercaya. Skrip ini dapat berjalan di peramban korban dan memungkinkan penyerang memanen cookie, token sesi, atau data sensitif lainnya. Tiga jenis XSS yang paling umum adalah:

  • Stored XSS: Skrip berbahaya disimpan secara langsung di server target, dari mana skrip tersebut dikirim ke pengguna akhir.
  • Reflected XSS: Server web merefleksikan skrip, biasanya dengan URL atau bidang input.
  • XSS berbasis DOM: Kerentanan ini terjadi pada kode sisi klien dan bukan pada sisi server.

Validasi dan sanitasi input pengguna Gunakan Kebijakan Keamanan Konten (CSP) untuk membatasi eksekusi skrip Mengkodekan data output.

sumber: nucleussec.com

2. Injeksi SQL

Serangan ini ditujukan pada basis data di mana kueri dari aplikasi web dapat dimanipulasi. Akibatnya, penyerang dapat mengontrol kueri SQL dengan menyuntikkan input racun ke dalam formulir, URL, dan jenis input lainnya. Dengan demikian memungkinkan mereka untuk menemukan informasi rahasia, mengubah teks dalam database atau bahkan menjalankan fungsi admin. 

Mitigasi SQL Injection membutuhkan penggunaan kueri yang diparameterisasi, pernyataan yang disiapkan, dan validasi input. Pengembang juga harus menghindari pembuatan kueri SQL dinamis secara langsung dengan masukan dari pengguna.

3. Pemalsuan Permintaan Lintas Situs (CSRF)

Cross-Site Request Forgery (CSRF) mengeksploitasi pengguna yang diautentikasi untuk mengeksekusi permintaan berbahaya pada aplikasi web. Contohnya adalah ketika penyerang mengirimkan tautan dengan kode berbahaya kepada pengguna yang membuat pengguna mengirimkan formulir atau membuat permintaan tanpa sepengetahuan mereka.

Untuk mempertahankan diri dari CSRF, pengembang dapat mengimplementasikan token anti-CSRF, menerapkan cookie SameSite yang aman, dan memverifikasi maksud pengguna sebelum memproses permintaan yang sensitif.

4. Referensi Objek Langsung yang Tidak Aman (IDOR)

IDOR atau Insecure Direct Object References terjadi ketika sebuah aplikasi mengekspos objek internal (file, direktori, gambar, dan catatan basis data) kepada pengguna tanpa otorisasi. Penyerang dapat memanipulasi referensi ini untuk mengakses data yang tidak sah atau melakukan tindakan yang tidak sah.

Untuk mengatasi IDOR, pengembang harus menerapkan kontrol akses yang ketat dan memvalidasi izin pengguna untuk setiap permintaan.

5. Kesalahan Konfigurasi Keamanan

Jenis Masalah Keamanan Aplikasi Web: Kesalahan Konfigurasi Keamanan Kesalahan konfigurasi keamanan pada dasarnya adalah jenis masalah keamanan aplikasi web yang terjadi ketika aplikasi, server web, atau basis data salah konfigurasi. Membiarkan kredensial default tetap utuh, mengekspos pesan kesalahan, atau tidak memperbarui perangkat lunak adalah beberapa penyebabnya. Kerentanan ini memberikan penyerang penghalang yang rendah untuk masuk.

Memperbarui perangkat lunak secara teratur, melakukan audit keamanan, dan menonaktifkan fitur-fitur yang tidak digunakan merupakan langkah-langkah penting untuk mengurangi kesalahan konfigurasi keamanan.

6. Otentikasi dan Manajemen Sesi yang Rusak

Mekanisme autentikasi yang lemah atau sesi yang tidak ditangani dengan baik dapat memungkinkan penyerang membajak akun pengguna. Kerentanan seperti kata sandi yang lambat, pemaparan ID sesi atau sesi yang tidak divalidasi saat logout menyebabkan kerentanan tersebut.

Untuk memperkuat otentikasi, pengembang harus menerapkan kebijakan kata sandi yang kuat, menggunakan otentikasi multi-faktor, dan mengamankan token sesi dengan enkripsi yang tepat dan pengaturan kedaluwarsa.

7. Paparan Data Sensitif

Jenis kerentanan keamanan ini mengacu pada kegagalan aplikasi untuk melindungi data sensitif dengan benar seperti nomor kartu kredit, nomor jaminan sosial, atau kredensial login. Hal ini dapat terjadi akibat kegagalan mengenkripsi, praktik penyimpanan yang tidak tepat, atau bocornya data sensitif dalam log atau pesan kesalahan.

Untuk mencegah pemaparan data sensitif, pengembang harus mengenkripsi data saat istirahat dan dalam perjalanan, menggunakan protokol komunikasi yang aman seperti HTTPS, dan membatasi pengumpulan data pada apa yang benar-benar diperlukan.

8. Kerentanan Pengunggahan File

Mengunggah file adalah fitur yang kuat, tetapi bisa berbahaya jika aplikasi tidak memvalidasi atau membersihkan file dengan benar. Saat itulah penyerang dapat mengunggah skrip berbahaya, yang selanjutnya dapat dieksekusi di server.

Mencegah kerentanan pengunggahan file melibatkan validasi jenis file, memindai file yang diunggah untuk mencari malware, dan menyimpan file di direktori yang tidak dapat dieksekusi.

Kesimpulan

Kerentanan web menimbulkan risiko yang signifikan bagi individu dan organisasi, yang berpotensi menyebabkan pelanggaran data, kerugian finansial, dan kerusakan reputasi. Dengan memahami kerentanan umum ini dan menerapkan praktik keamanan yang kuat, para pengembang dan organisasi dapat mengurangi risiko eksploitasi dan meningkatkan keamanan aplikasi web mereka secara keseluruhan. Keamanan siber merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan kewaspadaan, pendidikan, dan komitmen terhadap praktik terbaik.

baca juga>>>

  1. Injeksi SQL
  2. Skrip Lintas Situs (XSS)
  3. Pemalsuan Permintaan Lintas Situs (CSRF)
  4. Otentikasi Rusak
  5. Pemaparan Data Sensitif
  6. Kesalahan Konfigurasi Keamanan
  7. Deserialisasi Tidak Aman
  8. Pencatatan dan Pemantauan yang Tidak Memadai
  9. Menggunakan Komponen dengan Kerentanan yang Diketahui
  10. Pengalihan dan Penerusan yang Tidak Divalidasi