Deserialisasi yang tidak aman adalah kerentanan keamanan kritis yang dapat berdampak buruk pada aplikasi dan sistem. Hal ini terjadi ketika data yang tidak dipercaya dideserialisasi tanpa validasi atau perlindungan yang tepat, sehingga memungkinkan penyerang memanipulasi proses untuk melakukan tindakan jahat, membahayakan integritas data, atau mendapatkan akses yang tidak sah. Memahami sifat kerentanan ini, konsekuensinya, dan strategi mitigasinya sangat penting untuk mengembangkan perangkat lunak yang aman.
Apa yang dimaksud dengan Serialisasi dan Deserialisasi?
Serialisasi adalah proses mengubah struktur data atau status objek ke dalam format yang dapat disimpan dalam file, ditransmisikan, dan dibuat ulang nanti. Proses kebalikannya disebut deserialisasi, di mana data yang diserialisasikan diubah kembali menjadi objek data asli. Biasanya, data diserialisasi dalam format umum, seperti JSON, XML, atau format Biner (seperti Java Serialized Objects atau Protocol Buffers).
![]() |
sumber: linkedin.com |
Meskipun serialisasi dan deserialisasi merupakan hal yang mendasar dalam pengembangan perangkat lunak modern, deserialisasi yang tidak aman muncul ketika sebuah aplikasi melakukan deserialisasi data dari sumber yang tidak terpercaya tanpa validasi atau kontrol yang tepat.
Cara Kerja Deserialisasi Tidak Aman
Kelemahan deserialisasi tidak aman paling sering terjadi ketika sebuah aplikasi menerima objek terserialisasi dari pengguna atau sistem lain dan memprosesnya tanpa pemeriksaan. Penyerang dapat memanfaatkan hal ini dengan mengubah data terserialisasi untuk menambahkan muatan yang diinginkan. Ketika objek yang dideserialisasi dieksekusi oleh aplikasi, kode penyerang dijalankan, yang mungkin memiliki implikasi yang luas, seperti:
- Eksekusi Kode Jarak Jauh (RCE): Pelaku kejahatan dapat membuat data berseri yang memungkinkan kode arbitrer berjalan di server, sehingga menyebabkan server menjadi rentan.
- Eskalasi Hak Istimewa: Penyerang dapat memperoleh akses sistem yang tidak sah dengan memodifikasi dan menghapus data berseri.
- Perusakan Data: Penyerang dapat merusak data sensitif yang disimpan dalam objek yang diserialisasi, sehingga menyebabkan data menjadi dimodifikasi saat transit.
- Penolakan Layanan (Denial of Service/DoS): Data yang diserialisasi, jika dirancang dengan cermat, dapat membebani deserialisasi yang mengakibatkan crash atau tidak tersedianya aplikasi.
Contoh Dunia Nyata
Beberapa insiden terkenal telah menyoroti risiko yang terkait dengan deserialisasi yang tidak aman:
1. Kerentanan Koleksi Apache Commons: Ini adalah kerentanan kritis yang terkait dengan Apache Commons Collections, yang memungkinkan penyerang mengeksploitasi deserialisasi yang tidak aman dalam aplikasi java dan memengaruhi sistem dengan serangan eksekusi kode jarak jauh yang meluas.
2. Injeksi Objek PHP: Penyerang mengeksploitasi aplikasi PHP yang tidak memproses informasi berserialisasi dengan benar, menggunakan objek berserialisasi berbahaya untuk melakukan tindakan yang tidak sah atau mengambil kendali server.
3. Kerentanan Kerangka Kerja .NET: Kerentanan deserialisasi yang tidak aman juga telah ditemukan dalam aplikasi yang menggunakan .NET Framework, yang mengekspos mereka pada risiko serupa.
Mencegah Deserialisasi yang Tidak Aman
Untuk melindungi dari deserialisasi yang tidak aman, pengembang harus mengadopsi pendekatan berlapis untuk memitigasi risiko. Strategi utama meliputi:
1. Jangan Pernah Mendeserialisasi Data yang Tidak Dipercaya: Mitigasi terbaik dan paling efektif adalah dengan tidak pernah melakukan deserialisasi data yang tidak dipercaya atau tidak diautentikasi.
2. Validasi Data: Jika Anda harus melakukan deserialisasi data yang disediakan pengguna, validasi dan bersihkan data dengan benar sebelum menindaklanjutinya.
3. Gunakan Format Serialisasi yang Aman: Pilih format yang tidak terlalu rentan terhadap eksploitasi, seperti JSON atau XML, dan hindari menggunakan serialisasi biner untuk data yang tidak dipercaya.
4. Batasi Kelas dan Objek: Batasi kelas dan tipe yang dapat diderialisasi ke daftar aman yang telah ditetapkan dan diketahui, yang mengurangi permukaan serangan.
5. Perbarui dan Tambal Pustaka: Selalu perbarui pustaka dan kerangka kerja serialisasi dengan patch dan peningkatan keamanan terbaru.
6. Pantau dan Catat Peristiwa Deserialisasi Secara Teratur: Perkenalkan mekanisme pencatatan dan pemantauan untuk mengidentifikasi tindakan deserialisasi yang mencurigakan dan segera merespons potensi ancaman.
Mendeteksi dan Menguji Deserialisasi yang Tidak Aman
Kerentanan deserialisasi yang tidak aman dapat ditemukan dengan menggunakan pengujian penetrasi dan alat keamanan otomatis. Teknik-tekniknya meliputi:
- Tinjauan Kode: Memeriksa kode aplikasi untuk mengetahui potensi kerentanan deserialisasi, khususnya ketika deserialisasi dilakukan pada input yang dikendalikan pengguna.
- Pengujian Dinamis: Serangan dunia nyata dapat disimulasikan menggunakan alat dengan menyuntikkan data serial yang dimanipulasi dan menganalisis perilaku aplikasi dengan cermat.
- Fuzzing: Membuat data serial acak atau tak terduga untuk menemukan bug dalam kode deserialisasi.
Kesimpulan
Deserialisasi yang tidak aman merupakan ancaman besar bagi keamanan aplikasi, yang mampu menyebabkan kerusakan signifikan jika dieksploitasi. Dengan memahami risiko dan menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat, para pengembang dapat meminimalkan kemungkinan kerentanan seperti itu masuk ke dalam sistem mereka. Pendekatan proaktif terhadap praktik pengkodean yang aman, dikombinasikan dengan pemantauan dan pengujian yang berkelanjutan, sangat penting dalam melindungi aplikasi dari masalah kritis ini.
Kembali ke>>>> Kerentanan Web Umum: Gambaran Umum