Blogger Jateng

Teori Maslow, Penyebab Orang Miskin Tetap Miskin

Dalam keseharian tentu kita kerap kali mendengar kalimat bahwa orang miskin itu alasannya kebdohan dan kemalasannya sendiri. Banyak perkiraan tersebut menjadi konsensus alias stigma umum di penduduk .
Kemiskinan itu kita lihat dalam faktor material alias ekonomi ya, jadi bukan soal miskin doktrin, takwa, budbahasa dan yang lain. Itu hal yang berlainan.
Memberantas kemiskinan itu tidak semudah menciptakan mie instan ya gaes. Kalau memberantas kemiskinan itu gampang maka jumlah orang miskin semakin berkurang drastis, nyatanya kan engga. Dalam masalah ini di negara berkembang, kemiskinan sangat sulit diberantas alasannya adalah berhubungan juga dengan sejarah kelam penjajahan di abad lalu.
Lalu apa teori yang mampu menerangkan wacana kemiskinan ini?. Jawabannya ialah Teori Maslow. Berdasarkan Hierarki Maslow, setiap manusia memiliki 5 keperluan dasar yang perlu dipenuhi yaitu fisiologi, keamanan, sosial, penghargaan diri dan pencapaian keinginan diri. Urutan piramida Maslow ada di bawah ini.
Hierarki Teori Maslow
Teori berlaku berurut dari atas ke bawah dimana seseorang harus memenuhi kebutuhan paling bawah dahulu sebelum naik ke kebutuhan di atasnya.
Jadi bagi orang miskin (maaf), tidak usah jauh-jauh mau menyanggupi kebutuah aktualisasi, piknik atau menimbang-nimbang politik, global warming, sejarah pandemi dan lainnya. Mereka menimbang-nimbang makan sehari-hari saja sudah pusing setengah mati.
Kemiskinan itu bulat setan dan jahat banget. Kita memang tidak mampu memilih terlahir dari keluarga kaya atau miskin. Yang pasti bila anda orang kaya sejak lahir maka bersyukurlah, sementara bila lahir miskin maka niatlah berjuang dari bawah alasannya 1% saja campur tangan Tuhan itu mampu melunasi 99% kekurangan anda.
Ada juga sebuah observasi bahwa dari sekian juta orang miskin yang berjuang keras dari bawah untuk menaikan level ekonomi itu cuma sekitar 5% saja, jadi memang perlu kegigihan yang jago.
Coba bayangkan, gizi kuliner sehat saja tidak tercukupi, maka organ-organ tubuh pun pasti tidak akan berjalan optimal kan?. Lantas jika sekolah pun akan memiliki pengaruh pada acuan berfikir dan lainnya.
Jadi memang kuliner sehat, bergizi, halal itu mutlak wajib bagi insan. Lah kita ini coba perlindungan-pinjaman kemanusiaan saja kebanyakan mie instan, atau yang kalengan terus mau gimana nanti orang miskin meningkat . Ini bukan kita menyepelekan pertolongan ya, namun ya sekali-kali kasih tunjangan itu yang terbaik lah. Kasih beras elok, ikan elok, sayur elok, buah elok. 
Coba kita kan banyak menyaksikan perumpamaan beras miskin alias raskin, aku sendiri pernah coba mencari dan dapat beras tersebut. Menurut saya sangat jelek dan tidak layak buat insan.
Kaprikornus kita mesti lebih bersimpati terhadap masyarakat miskin dibandingkan menghakimi mereka. Mereka itu kurang kemudahan dasar saja dari mulanya sehingga imbas dominonya kemana-mana adalah kebodohan, maksiat, mabok, kriminal dll.
Makanya aku sangat gak baiklah jika motivator yang bawel "bila kamu miskin itu salahmu", bulshiit banget, emang dia pernah ngerasain jadi orang miskin beneran apa.
Kemiskinan itu sebuah metode yang sangat sulit sekali diberantas alasannya adalah banyak faktornya. Kebanyakan orang berhasil, CEO, dll juga bisa sukses itu alasannya mereka juga awalnya berasal dari keluarga yang cantik secara ekonomi kebanyakan. Ada juga kok yang awalnya gembel, iya namun anak gembel tersebut tentu saja diadopsi oleh seseorang terus diberikan pendidikan, kuliner baik kemudian jadilah orang berpendidikan bukan simsalabim jadi orang kaya.
Jadi sekali lagi untuk anda yang terlahir berkecukupan maka bersyukurlah dan gunakan duit untuk sekolah dengan baik semoga masa depan cerah. Sementara untuk yang lahir dari keluarga yang tidak berkecukupan maka jangan berputus asa.
Selama nafas masih hidup maka kita masih bisa berjuang dari nol sekalipun untuk bisa merubah kondisi ekonomi. Kuncinya ialah berjuang, sabar, tekun dan senantiasa mencari lingkungan positif.
Tidak ada yang salah apakah berhasil alasannya adalah faktor orang amis tanah ataupun berhasil dari bawah. Yang salah yakni saat saat kita tidak bisa berempati terhadap orang miskin dan orang yang terlahir kaya tetapi tidak mempergunakan kekayaannya untuk kebaikan.