Abu vulkanik sisa erupsi Semeru |
Banyak sekali yang mengajukan pertanyaan-tanya "pak, gunung Semeru kok meletusnya tiba-tiba, gak pake ngasih ultimatum dulu apa?". Wah telah kaya mau perang aja ya, pake ultimatum segala.
Di penghujung tahun 2021 ini Indonesia kembali berduka alasannya adalah fenomena erupsi besar Semeru di Jawa Timur pekan lalu.
Erupsi Semeru tamat tahun ini sanga masif bertipe luncuran abu piroklastik yang meluluhlantahkan desa di kaki lereng. Hingga tulisan ini dibuat, telah hampir 50 jiwa meninggal dunia dan ribuan warga masih mengungsi.
Lalu kembali ke pertanyaan, apakah gunung Semeru itu erupsi tanpa diketahui tanda-tandanya oleh penduduk ?. Atau dalam hal ini petugas ceroboh tidak memberikan perayaan dini?.
Sebenarnya dari bulan-bulan lalu, aktifitas Semeru ini telah meningkat dan terpantau oleh pos pengamatan. Mungkin sebab contoh erupsi Semeru dalam beberapa dekade ini tidak masif maka dianggap biasa. Padahal kita tidak bisa sama sekali memprediksi sekuat apa erupsi gunung api di lalu hari.
Alhasil penduduk terkejut sewaktu datang-datang dari puncak gunung memancar awan panas kembang kol raksasa mirip ledakan nuklir yang lalu datang-tiba bergerak cepat menuruni lereng.
Sejatinya insan itu mampu memprediksi letusan gunung api, dibandingkan gempa tektonik yang sangat sukar sekali. Tanda-tanda gunung api akan erupsi mampu dikenal dari ciri-ciri mirip keluarnya kepualan asap putih dari kawah, gempa tremor meningkat, mata air memanas/kering, hewan-binatang di kaki gunung api mulai turun ke bawah (insting).
Dengan menyaksikan hal tersebut manusia bisa menciptakan perayaan dini sesegera mungkin. Saya sendiri tidak tahu sewaktu sebelum erupsi Semeru minggu lalu apakah ada gejala tersebut atau tidak. Beberapa warga mengungkapkan bahwa tidak ada sama sekali sirine perayaan di desa.
Ingat bahwa luncuran awan panas itu sungguh cepat (bisa 300 km per jam) dan kita tidak bisa mengelak meski pakai mobil kecepatan tinggi. Hal paling kondusif adalah dengan menjauhi zona batas luncuran erupsi.
Gunung api mempunyai ruangan di dalamnya yang disebut dapur magma atau magma chamber. Nah sialnya kita tidak bisa melihat mirip apa keadaan volume, kejadian persis, tekanan, rekaman gambar dari dapur magma tersebut.
Kita hanya bisa menyaksikan peristiwa yang terekam dari luar, jadi erupsi yang tiba-datang mampu saja terjadi sebab tekanan gas di dalam dapur magma sudah sungguh tinggi sekali, hasil akumulasi dari acara gunung api tersebut.
Jadi kita dihentikan meremehkan aktivitas kegempaan sekecil apapun yang terjadi di gunung api. Lebih baik mengalah saja sebentar biar gunung api erupsi, sehabis itu kita mampu memanen karenanya. Ingat, penduduk harus sadar untuk tidak tinggal di zona fatwa erupsi.
Pemerintah berkewajiban untuk mendidik warga biar paham dan patuh terhadap keadaan alam yang ada supaya korban jiwa bisa diminimalisir bahkan dihindari ketika erupsi terjadi.
Gambar: Business Insider