Judulnya sungguh menohok sekali ya guys, namun apa daya sih memang begitulah kenyataannya di lapangan. Setelah abad pandemi dari permulaan tahun 2020 melanda dunia, semua tatanan kehidupan berganti.
Memang benar prediksi Lord Rangga Sunda Empire di ILC beberapa bulan sebelumnya bahwa tatanan dunia berubah. Terkesan seperti joke namun memang iya ada benarnya sih sekarang.
Pandemi global membuat orang yang memiliki kreatifitas tinggi menjadi fasilitas mencari penyelesaian sekaligus rupiah. Seketika hadir zoom, webex, google meet dan yang lain.
Hal ini pasti sungguh diapresiasi alasannya adalah menjadi alternatif solusi terhadap persoalan penyebaran Covid. Guru dan siswa bisa berinteraksi dalam dunia maya tanpa batasan jarak.
Namun di segi lain dalam hal efektifitas dan tujuan pembelajaran, model belajar online yakni salah satu yang terburuk menurut aku. Ini pun diamini oleh pemerintah sendiri yang menyatakan bahwa terlalu usang berguru daring atau online menciptakan learning loss.
Pengalaman menerangkan bahwa berguru online memiliki banyak kekurangan. Sinyal jelek, siswa tidak buka kamera, guru cuma memberi peran, siswa nyontek saat ngerjakan tugas dan yang lain.
Satu hal yang paling terasa yaitu kendali kita sebagai guru kepada siswa dikala pembelajaran sangat buruk sama sekali.
Saya pernah menyaksikan dan aneka macam guru yang dikala ngajar di zoom, siswanya gak buka kamera. Kita mengajar dengna menyaksikan icon saja di layar. Memang itu siswa beneran depan kamera atau sedang melakukan hal lain seperti main game dan yang lain.
Hal ini terang bertentangan dengan prinsip berguru sebenarnya. Kita selaku guru mirip dikibuli oleh siswa sendiri. Di sekolah saya sendiri ada peraturan bahwa dikala zoom mesti buka kamera, gak buka kamera maka aka di keluarkan.
Ini untuk menjaga marwah guru dan adat saat pembelajaran. Semua niscaya sungguh letih baik guru dan siswa juga. Namun tetap budbahasa kesopanan harus diutamakan.
Belum lagi di rumah orang bacin tanah jadi ribut dengan sekolah karena gurunya minta dukungan untuk mendampingi siswa saat mencar ilmu di rumah padahal masalah rumah tangga juga beratnya bukan main. Dan bla..bla...bla lainnya.
Dari sisi kesehatan, mata kita juga beresiko rusak alasannya adalah sehari penuh menatap layar monitor dari pagi hingga siang. Pastinya bila terus berlanjut akan menghancurkan kesehatan mata dalam jangka panjang.
Memang menjadi persoalan tersendiri ketika ngajar online di Indonesia. Kadang ada juga yang bilang sinyal lagi lemot jadi mesti off cam. Ada juga yang direkayasa video profilnya biar gerak-gerak sehingga tampaksiswa memperhatikan dikala di zoom padahal itu cuma video replay.
Itulah kenapa belajar online menjadi model mencar ilmu terburuk dalam pendidikan. Di lain pihak para kaum irit kapitalis melihat ini selaku kesempatan bisnis. Mereka berlomba membuat acara mencar ilmu online dengan iming-iming nirwana agar berbelanja produk mereka.
Mudah-mudahan semua kembali ke dunia yang sediakala sebelum pandemi global melanda. Memang meeting online sewaktu-waktu diperlukan untuk kondisi mendesak, tetapi tidak untuk digunakan setiap hari apalagi dalam kegiatan pembelajaran dan pendidikan di sekolah.