Blogger Jateng

Belajar Sejarah Tapi Membuat Gerah

Dahulu semenjak jaman sekolah di Sekolah Menengah Pertama, saya sungguh suka sekali pelajaran sejarah sampai-hingga nilai yang paling tinggi itu sejarah. Entah tidak tahu mengapa, memang mungkin sejatinya setiap insan dibekali "sesuatu" yang bertentangan.
Saya sungguh bahagia sekali belajar tokoh-tokoh bangsa, sejarah kejadian tertentu meskipun hanya mendengar "ceramah" guru 2 x45 menit. Ciri khas jaman dulu yang belum ada macam-macam versi mencar ilmu seperti sekarang.
Dua puluh tahun berlalu, sekarang aku berprofesi selaku ILMUGURU. Ya, selain sejarah memang dulu saya sudah bahagia mapel geografi, hingga-sampai pernah ikut lombah mewarnai peta semenjak Sekolah Dasar. Saya masih ingat sekali. Ternyata kala kemudian itu bisa menjadi cerminan kurun depan juga, mirip sebuah mesin waktu.
Lanjut lagi ke soal sejarah, alasannya ketika ini aku juga ditugaskna suplemen untuk mengajar sejarah selain geografi selaku mapel utama. Meski dahulu saya bahagia sejarah dan bisa nilai anggun, akan namun setelah remaja dan banyak membaca literasi macam-macam maka aku mulai berfikir bahwa sejarah itu tampaknya mampu menciptakan gerah juga.
Dasar utama sejarah itu benar tentu adalah adanya bukti faktual. Nah bukti kasatmata ini menjadi fakta lunak atau bisa menjadi fakta keras. Sialnya beberapa kejadian penting dalam sejarah Indonesia saja misalnya masih aneka macam masih mengundang tanda-tanya.
Kita cuma mengajar berdasarkan apa yang tertulis di buku. Buku sejarah pun kita tidak tahu sumbernya dari mana. Lama-usang aku berfikir bahwa sejarah Indonesia bahkan dunia itu sarat kontroversi layaknya gunung es yang mengapung di lautan.
Kita cuma mendapatkan secuil saja gosip yang nampak, tetapi jauh di balik itu semua ada belakang layar di balik membisu-membisu yang kita sama sekali tidak tahu. Semisal G 30 S/PKI saja berbagai kontroversinya. Ada model A, model B, versi C dan yang lain. Dokumen-dokumen bukti kasatmata sejarah Indonesia juga pada umumnya masih ada di negeri Belanda, atau supersemar pun contohnya entah dimana dokumen aslinya. Sejarah memang identik dengan konspirasi.
Peristiwa G 30 S/PKI memang faktual adanya dan menjadi sejarah kelam bangsa, namun kronologi, tahapan-tahapan awal kejadiannya kita sama sekali tidak tahu persis. Ada beberapa bekas serdadu misalkan yang menjadi saksi kronologi insiden sesungguhnya, tetapi tidak pernah dibuka di forum nasional seolah ada membisu-membisu yang harus disimpan rapat.
Akhirnya aku mengajar sejarah hanya hingga pada sebatas prasangka-praduga kebanyakan. Kecuali saya punya mesin waktu pinjam dari Doraemon kemudian minta datang ke zaman yang ingin saya pelajari, mungkin bukan lagi sebatas prasangka atau versi si A dan si B.