Blogger Jateng

Materi PPPK Keguruan: Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)

Salah satu versi pembelajaran aktif adalah problem based learning atau pembelajaran berbasis dilema. Kegiatan PBL diawali dari mencari suatu duduk perkara dalam kehidupan yang terkait topik pembelajaran.
Kelas kemudian dibagi menjadi beberapa kalangan dimana setiap kalangan nantinya mencari penyelesaian atas duduk perkara yang telah diputuskan. Masalah akan dikaji berdasarkan desain mencar ilmu yang terkait di dalamnya.
Namun ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari model dilema based learning ini. Berikut ulasannya di bawah.
Keunggulan1. PBL akan memunculkan pembelajaran yang berarti bagi siswa. Siswa akan diajarkan untuk memecahkan suatu dilema, mereka akan berusaha menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dan berusaha memecahkan problem sesuai dengan apa yang dia ketahui.
2. Dalam PBL, siswa akan mengintegrasikan pengetahuan dan kesanggupan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. PBL mampu merangsang siswa berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif melaksanakan pekerjaan , motivasi internal untuk mencar ilmu dan membuatkan hubungan interpersonal dalam melakukan pekerjaan golongan.
4. Model ini mempunyai kecocokan kepada desain penemuan pendidikan terutama dalam hal pengetahuan dasar, pembelajaran aktif berpusat pada siswa dan critical thinking.
Model berguru aktif PBL
Kelemahan1. Jika siswa tidak mempunyai minat atau akidah untuk memecahkan sebuah persoalan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya karena duduk perkara tersebut dirasa susah.
2. Beberapa akseptor bimbing banyak berasumsi bahwa memecahkan problem tidak akan mempunyai arti jikalau rancangan atau teori di buku tidak diketahui lebih dahulu. Kaprikornus mereka lebih bahagia membaca sesuatu yang ada di buku dibandingkan berangkat dari suatu persoalan lalu mengaitkan teori dengan persoalan.
3. Siswa dengan daya kritis rendah akan tidak kepincut berdiskusi memecahkan persoalan dan akan lebih banyak membisu.
Model berguru PBL akan mudah dilaksanakan pada sekolah dengan siswa yang telah terseleksi, dalam arti intake permulaan siswa sudah elok. Guru tinggal mengarahkan dan merancang diskusi duduk perkara di kelas, siswa akan cepat menangkap aba-aba guru dan melaksanakan pekerjaan dengan cepat.
Model ini akan sulit dipraktekkan pada sekolah dengan keadaan intake siswa yang rendah sehingga perlu dipertimbangkan matang-matang sebelum menerapkannya.