Indonesia menempati peringkat 4 negara dengan jumlah populasi terbanyak di dunia dengan total 260 juta lebih penduduk.
Jika dilihat dari sisi positif maka jumlah populasi yang besar ini merupakan modal dasar pembangunan Indonesia.
Akan namun dari segi kuantitatif dan kualitatif Indonesia masih mempunyai duduk perkara terkait kependudukan yang jikalau tidak secepatnya dicari solusinya akan menjadi bom waktu. Kali ini kita akan coba ulas dahulu duduk perkara kuantitatif penduduk di Indonesia yang perlu menjadi perhatian bareng pemerintah.
Masalah Kuantitatif Penduduk IndonesiaPermasalah kuantitatif masyarakatIndonesia menyangkut beberapa faktor selaku berikut:1. Angka Pertumbuhan PendudukHingga sekarang angka pertumbuhan penduduk Indonesia masih termasuk tinggi adalah masih di angka 1% per tahunnya. Total penduduk Indonesia dikala ini mencapari 269 juta jiwa. Sebenarnya laju kemajuan masyarakatIndonesia terus mengalami penurunan. Dalam kala waktu lima tahun terakhir (2010-2015) laju kemajuan penduduk Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi 1,43 persen. Namun angka ini masih termasuk tinggi dan harus terus diarahkan ke zero population growth.
2. Sebaran PendudukPopulasi penduduk Indonesia meraih 269 juta jiwa tetapi sebaran populasinya sangat tidak merata. Populasi lebih terkonsentrasi di pulau Jawa. Tiga provinsi di Pulau Jawa mendominasi sekitar 46% jumlah populasi di Indonesia. Ketiga provinsi tersebut ialah Jawa Barat (49,57 juta jiwa), Jawa Timur (39,96 juta jiwa), dan Jawa Tengah (34,74 juta jiwa).
Hal ini membuktikan adanya ketimpangan pembangunan sehingga dalam jangka panjang mampu mengusik keseimbangan lingkungan alasannya adalah terus tergerusnya lahan alasannya adalah kebutuhan manusia. Penduduk harus disebar ke semua pulau agar pembangunan merata dan kesejahteraan meningkat. Program transmigrasi adalah salah satu solusi untuk menyebar penduduk di Indonesia pastinya dengan hukum yang jelas sehingga tidak merugikan transmigran.
3. Arus UrbanisasiUrbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Fenomena urbanisasi mulai meningkat sejak era orde gres alasannya adalah pembangunan pesat di ibukota. Arus urbanisasi ini menciptakan jumlah penduduk kota berkembangtajam namun tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan ruang dengan baik.
Dampaknya adalah terjadinya kepadatan ekstrim di perkotaan dan muncul kawasan kumal dan angka kriminalitas meningkat. Kaum urban yang terlempar dari kompetisi di kota akan membentuk komunitas-komunitas di pinggiran kota yang menciptakan kota semakin buruk.
Fenomena kebakaran yang setiap hari terjadi di Jakarta juga dikarenakan arus urbanisasi yang tidak terkendali sehingga ruang kota terlalu padat oleh bangunan semi permanen.
4. Beban KetergantunganAngka ketergantungan masyarakatIndonesia akil balig cukup akal ini tercatat 47%, artinya setiap 100 masyarakatproduktif menanggung beban 47 jiwa masyarakattidak produktif sehingga pendapatan keluarga tersedot untuk menyanggupi keperluan pokok.
Beban ketergantungan yang tinggi akan menguras pemasukan penduduk sehingga menciptakan potensi investasi, menabung semakin sedikit. Untuk itu dibutuhkan perluasan lapangan kerja baik di sektor formal dan informal untuk menekan angka beban ketergantungan ini.
Baca juga: 3 Masalah kualitatif penduduk Indonesia
Jika dilihat dari sisi positif maka jumlah populasi yang besar ini merupakan modal dasar pembangunan Indonesia.
Akan namun dari segi kuantitatif dan kualitatif Indonesia masih mempunyai duduk perkara terkait kependudukan yang jikalau tidak secepatnya dicari solusinya akan menjadi bom waktu. Kali ini kita akan coba ulas dahulu duduk perkara kuantitatif penduduk di Indonesia yang perlu menjadi perhatian bareng pemerintah.
Masalah Kuantitatif Penduduk IndonesiaPermasalah kuantitatif masyarakatIndonesia menyangkut beberapa faktor selaku berikut:1. Angka Pertumbuhan PendudukHingga sekarang angka pertumbuhan penduduk Indonesia masih termasuk tinggi adalah masih di angka 1% per tahunnya. Total penduduk Indonesia dikala ini mencapari 269 juta jiwa. Sebenarnya laju kemajuan masyarakatIndonesia terus mengalami penurunan. Dalam kala waktu lima tahun terakhir (2010-2015) laju kemajuan penduduk Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi 1,43 persen. Namun angka ini masih termasuk tinggi dan harus terus diarahkan ke zero population growth.
2. Sebaran PendudukPopulasi penduduk Indonesia meraih 269 juta jiwa tetapi sebaran populasinya sangat tidak merata. Populasi lebih terkonsentrasi di pulau Jawa. Tiga provinsi di Pulau Jawa mendominasi sekitar 46% jumlah populasi di Indonesia. Ketiga provinsi tersebut ialah Jawa Barat (49,57 juta jiwa), Jawa Timur (39,96 juta jiwa), dan Jawa Tengah (34,74 juta jiwa).
Hal ini membuktikan adanya ketimpangan pembangunan sehingga dalam jangka panjang mampu mengusik keseimbangan lingkungan alasannya adalah terus tergerusnya lahan alasannya adalah kebutuhan manusia. Penduduk harus disebar ke semua pulau agar pembangunan merata dan kesejahteraan meningkat. Program transmigrasi adalah salah satu solusi untuk menyebar penduduk di Indonesia pastinya dengan hukum yang jelas sehingga tidak merugikan transmigran.
Overpopulasi Jakarta |
Dampaknya adalah terjadinya kepadatan ekstrim di perkotaan dan muncul kawasan kumal dan angka kriminalitas meningkat. Kaum urban yang terlempar dari kompetisi di kota akan membentuk komunitas-komunitas di pinggiran kota yang menciptakan kota semakin buruk.
Fenomena kebakaran yang setiap hari terjadi di Jakarta juga dikarenakan arus urbanisasi yang tidak terkendali sehingga ruang kota terlalu padat oleh bangunan semi permanen.
4. Beban KetergantunganAngka ketergantungan masyarakatIndonesia akil balig cukup akal ini tercatat 47%, artinya setiap 100 masyarakatproduktif menanggung beban 47 jiwa masyarakattidak produktif sehingga pendapatan keluarga tersedot untuk menyanggupi keperluan pokok.
Beban ketergantungan yang tinggi akan menguras pemasukan penduduk sehingga menciptakan potensi investasi, menabung semakin sedikit. Untuk itu dibutuhkan perluasan lapangan kerja baik di sektor formal dan informal untuk menekan angka beban ketergantungan ini.
Baca juga: 3 Masalah kualitatif penduduk Indonesia