Selama ini kita hidup di atas lapisan kerak bumi dan bisa berjalan mirip biasa. Tapi tahukah bahwa kerak bumi kita ini mengapung diatas lautan magma?.
Kerak bumi tersusun atas beberapa lempeng mayor dan lempeng minor dengan arah gerakan tertentu. Teori lempeng tektonik memperlihatkan bukti bahwa kita hidup di atas lempeng-lempeng benua yang bergerak.
Lempeng tektonik memberikan gambaran manusia untuk memahami proses terbentuknya gunung api, gempa dan evolusi permukaan bumi serta merekonstruksi benua dan lautan di abad lampau.
Konsep teori lempeng tektonik dirumuskan pada tahun 1960an sesudah teori Continenal Drift yang belum tamat dikaji oleh Wegener. Baca juga: Struktur Litosfer
Menurut teori lempeng tektonik, bumi memiliki lapisan luar yang kaku dinamakan litosfer dengan ketebalan sekitar 100 km dan mengapung diatas laisan astenosfer bertipe plastik cair. Litosfer pecah menjadi tujuh lempeng benua dan samudera yang sungguh besar, enam atau tujuh lempeng yang lain berukuran sedang sampai kecil.
Lempengan-lempengan tektonik ini bergerak relatif satu sama lain, umumnya dengan kecepatan sampai 10 cm (2 hingga 4 inci) per tahun, dan berinteraksi di sepanjang batas mereka. Lebih lambat dari siput bukan?. Lempeng tektonik ini saling bertemu, bergesekan atua menyelinap satu sama lain. Interaksi lempeng ini bertanggung jawab atas sebagian besar kegiatan seismik dan vulkanik bumi meski gempa dan gunung api mampu terjadi di atas lempeng. Ada 3 batas lempeng tektonik yang umum dijumpai adalah konvergen, divergen dan transform. Ketiga batas ini menciptakan fenomena berlawanan. Batas lempeng konvergen terjadi kalau dua buah lempeng tektonik saling bertabrakan. Hal ini mampu menjadikan terbentuknya zona subduksi dan pembentukkan gunung api. Fenomena ini terjadi jikalau lempeng benua berjumpa lempeng samudera. Jika lempeng benua bertemu lempeng benua maka akan terjadi pengangkatan (kolisi) mirip terbentuknya Himalaya. Adapula lempeng tektonik yang saling menjauh sehingga terjadilah pemekaran lantai samudera. Di bagian lain dua buah lempeng juga mampu berjumpa secara horizontal dan membentuk batas transform. Batas lempeng transform dikenali dari adanya morfologi patahan atau sesar. Teori lempeng tektonik didasarkan pada kajian geologi dan geofisika sehingga diterima secara universal oleh ilmuwan.Teori ini memecahkan misteri perihal bagaimana kerak bumi itu pundak-membahu.
Menggabungkan gagasan teori apungan benua serta desain pemekaran dasar maritim, teori lempeng tektonik memberikan kerangka luas untuk menggambarkan geografi benua dan lautan di masa lalu dan merekonstruksi penciptaan dan penghancuran kerak bumi, atmosfer, biosfer, hidrosfer dan iklim. Proses pergerakan lempeng tektonik sungguh mempengaruhi komposisi atmosfer dan lautan Bumi, memicu sebagai penyebab utama perubahan iklim jangka panjang, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap lingkungan kimia dan fisik di mana kehidupan berevolusi. Baca juga: Teori Laurasia Gondwana
Kerak bumi tersusun atas beberapa lempeng mayor dan lempeng minor dengan arah gerakan tertentu. Teori lempeng tektonik memperlihatkan bukti bahwa kita hidup di atas lempeng-lempeng benua yang bergerak.
Lempeng tektonik memberikan gambaran manusia untuk memahami proses terbentuknya gunung api, gempa dan evolusi permukaan bumi serta merekonstruksi benua dan lautan di abad lampau.
Konsep teori lempeng tektonik dirumuskan pada tahun 1960an sesudah teori Continenal Drift yang belum tamat dikaji oleh Wegener. Baca juga: Struktur Litosfer
Peta lempeng tektonik |
Lempengan-lempengan tektonik ini bergerak relatif satu sama lain, umumnya dengan kecepatan sampai 10 cm (2 hingga 4 inci) per tahun, dan berinteraksi di sepanjang batas mereka. Lebih lambat dari siput bukan?. Lempeng tektonik ini saling bertemu, bergesekan atua menyelinap satu sama lain. Interaksi lempeng ini bertanggung jawab atas sebagian besar kegiatan seismik dan vulkanik bumi meski gempa dan gunung api mampu terjadi di atas lempeng. Ada 3 batas lempeng tektonik yang umum dijumpai adalah konvergen, divergen dan transform. Ketiga batas ini menciptakan fenomena berlawanan. Batas lempeng konvergen terjadi kalau dua buah lempeng tektonik saling bertabrakan. Hal ini mampu menjadikan terbentuknya zona subduksi dan pembentukkan gunung api. Fenomena ini terjadi jikalau lempeng benua berjumpa lempeng samudera. Jika lempeng benua bertemu lempeng benua maka akan terjadi pengangkatan (kolisi) mirip terbentuknya Himalaya. Adapula lempeng tektonik yang saling menjauh sehingga terjadilah pemekaran lantai samudera. Di bagian lain dua buah lempeng juga mampu berjumpa secara horizontal dan membentuk batas transform. Batas lempeng transform dikenali dari adanya morfologi patahan atau sesar. Teori lempeng tektonik didasarkan pada kajian geologi dan geofisika sehingga diterima secara universal oleh ilmuwan.Teori ini memecahkan misteri perihal bagaimana kerak bumi itu pundak-membahu.
Batas gerakan lempeng |