Revolusi hijau merupakan sebuah revolusi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Gagasan ihwal revolusi hijau berawal dari hasil penelitian ekonomi Thomas Robert Malthus.
Ia berpendapat bahwa duduk perkara kemiskinan dan kemelaratan adalah problem yang tidak dapat dihindari umat insan. Kemiskinan dan kemelaratan timbul karena kemajuan penduduk tidak sepadan dengan kenaikan buatan pangan.
Menurut Malthus, pertumbuhan penduduk bertambah berdasarkan deret ukur sementara bikinan pangan bertambah berdasarkan deret hitung.
Tulisan Malthus ini menyebar di Eropa dan Amerika Serikat sehingga timbul gerakan pengendalian penduduk dengan cara mengendalikan kelahiran dan gerakan pengamatan wacana hibrida pertanian.
Revolusi hijau menjadi acara dan usaha besar untuk mengembangkan produktifitas pangan di negara-negara miskin. Varietas padi-padian gres yang unggul mirip gandum, padi dan jagung dikembangkan untuk mengembangkan jumlah bikinan.
Di Indonesia sendiri, revolusi hijau mulai gencar dilaksanakan pada kurun orde gres atau periode Soeharto. Tidak heran negara kita menjangkau swasembada pangan di tangan Soeharto, tetapi itu dahulu.
Perang Dunia I sudah melenyapkan banyak lahan pertanian di negara-negara Eropa yang mengancam ketahanan pangan penduduk .
Untuk menanggulangi masalah tersebut maka negara-negara Eropa mulai gencar menyebarkan pertanian modernn untuk mencukupi keperluan pangan.
Berbagai alat-alat mekanik terbaru mirip traktor, alat semprot hama, mesin penggiling padi merupakan salah satu hasil dari upaya revolusi hijau.
Perkembangan revolusi hijau berikutnya terjadi pasca perang dunia II yang merupakan bencana kemanusiaan terburuk yang merusak seluruh sendi kehidupan dunia.
Roda perekonomian dunia hancur sebab peperangan yang berjalan di nyaris seluruh penjuru dunia. Lahan pertanian menjadi salah satu korban dari keganasan PD II.
Akibat dari hancurnya lahan-lahan pertanian alasannya adalah perang dunia, maka banyak sekali upaya dilakukan untuk mengembangkan produksi pertanian melalui mekanisasi, pembukaan lahan baru, penggunaan pupuk dan mencari upaya untuk memberantas hama pertanian.
Revolusi hijau sudah menjinjing perubahan pada beberapa negara mirip di India dan Filipina. India contohnya sudah berhasil melipatgandakan panen gandum dalam waktu enam tahun dan menjelang permulaan tahun 1970 sudah hampir mampu memenuhi kebutuhan sendiri.
Filipina juga akhirnya mampu menyelesaikan setengah kala ketergantungannya kepada impor beras pada akhirn 1960an dan berubah tugas menjadi ekportir beras.
Selepas perang masbodoh, negara-negara meningkat mulai menerima pergeseran dari hasil revolusi hijau. Harapan kurun depan petani mulai cerah dengan hasil pertanian yang melimpah.
Selain mendapatkan varietas gres dan unggul, observasi-observasi yang lain juga dijalankan mulai dari upaya pemulihan tanah, penggunaan pestisida, herbisida dan fungisida. Daerah yang dulu mengalami kekurangan pangan sekarang bergeliat kembali sebab hadirnya revolusi pertanian. Revolusi hijau di Indonesia meliputi program intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, mekanisasi dan rehabilitasi. Intensifikasi pertanian adalah upaya meningkatkan produktifitas pertanian tanpa memperluas lahan. Hal ini bisa dilakukan dengan penyeleksian bibit unggul, hidroponik, vertical garden, pemupukan dan irigasi. Ekstensifikasi yakni upaya meningkatkan produktifitas pertanian dengan menambah lahan baru. Diversifikasi yaitu upaya memajukan produktifitas pertanian dengan menanam lebih dari satu varietas dalam satu lahan.
Mekanisasi adalah penggunaan alat-alat mekanik terbaru dalam aktivitas pertanian. Rehabilitasi yakni upaya pemulihan lahan yang awalanya tidak produktif menjadi produktif.
Ia berpendapat bahwa duduk perkara kemiskinan dan kemelaratan adalah problem yang tidak dapat dihindari umat insan. Kemiskinan dan kemelaratan timbul karena kemajuan penduduk tidak sepadan dengan kenaikan buatan pangan.
Menurut Malthus, pertumbuhan penduduk bertambah berdasarkan deret ukur sementara bikinan pangan bertambah berdasarkan deret hitung.
Tulisan Malthus ini menyebar di Eropa dan Amerika Serikat sehingga timbul gerakan pengendalian penduduk dengan cara mengendalikan kelahiran dan gerakan pengamatan wacana hibrida pertanian.
Revolusi hijau menjadi acara dan usaha besar untuk mengembangkan produktifitas pangan di negara-negara miskin. Varietas padi-padian gres yang unggul mirip gandum, padi dan jagung dikembangkan untuk mengembangkan jumlah bikinan.
Di Indonesia sendiri, revolusi hijau mulai gencar dilaksanakan pada kurun orde gres atau periode Soeharto. Tidak heran negara kita menjangkau swasembada pangan di tangan Soeharto, tetapi itu dahulu.
Perang Dunia I sudah melenyapkan banyak lahan pertanian di negara-negara Eropa yang mengancam ketahanan pangan penduduk .
Untuk menanggulangi masalah tersebut maka negara-negara Eropa mulai gencar menyebarkan pertanian modernn untuk mencukupi keperluan pangan.
Berbagai alat-alat mekanik terbaru mirip traktor, alat semprot hama, mesin penggiling padi merupakan salah satu hasil dari upaya revolusi hijau.
Perkembangan revolusi hijau berikutnya terjadi pasca perang dunia II yang merupakan bencana kemanusiaan terburuk yang merusak seluruh sendi kehidupan dunia.
Roda perekonomian dunia hancur sebab peperangan yang berjalan di nyaris seluruh penjuru dunia. Lahan pertanian menjadi salah satu korban dari keganasan PD II.
Akibat dari hancurnya lahan-lahan pertanian alasannya adalah perang dunia, maka banyak sekali upaya dilakukan untuk mengembangkan produksi pertanian melalui mekanisasi, pembukaan lahan baru, penggunaan pupuk dan mencari upaya untuk memberantas hama pertanian.
Mekanisasi pertanian |
Filipina juga akhirnya mampu menyelesaikan setengah kala ketergantungannya kepada impor beras pada akhirn 1960an dan berubah tugas menjadi ekportir beras.
Selepas perang masbodoh, negara-negara meningkat mulai menerima pergeseran dari hasil revolusi hijau. Harapan kurun depan petani mulai cerah dengan hasil pertanian yang melimpah.
Selain mendapatkan varietas gres dan unggul, observasi-observasi yang lain juga dijalankan mulai dari upaya pemulihan tanah, penggunaan pestisida, herbisida dan fungisida. Daerah yang dulu mengalami kekurangan pangan sekarang bergeliat kembali sebab hadirnya revolusi pertanian. Revolusi hijau di Indonesia meliputi program intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, mekanisasi dan rehabilitasi. Intensifikasi pertanian adalah upaya meningkatkan produktifitas pertanian tanpa memperluas lahan. Hal ini bisa dilakukan dengan penyeleksian bibit unggul, hidroponik, vertical garden, pemupukan dan irigasi. Ekstensifikasi yakni upaya meningkatkan produktifitas pertanian dengan menambah lahan baru. Diversifikasi yaitu upaya memajukan produktifitas pertanian dengan menanam lebih dari satu varietas dalam satu lahan.
Mekanisasi adalah penggunaan alat-alat mekanik terbaru dalam aktivitas pertanian. Rehabilitasi yakni upaya pemulihan lahan yang awalanya tidak produktif menjadi produktif.