Blogger Jateng

4 Teori Perkembangan Bentuk Muka Bumi

Permukaan bumi kita saat ini tersusun atas kerak bumi dan kerak samudera. Perkembangan bentuk bumi ini telah terjadi sejak bumi ini terbentuk 4,6 milyar tahun kemudian.

Pada awalnya bumi ini ialah sebuah bola panas yang lalu lambat laun mendingin sehingga permukaannya menjadi keras.  Seiring waktu variasi antara gaya endogen dan gaya eksogen menciptakan bentuk permukaan bumi yang bervariatif sampai ketika ini.
Ada sejumlah teori yang diungkapkan para ilmuwan untuk menerangkan perihal perkembangan bentuk permukaan bumi. Teori-teori tersebut bisa diuraikan sebagai berikut. Baca juga: Perbedaan Laurasia dan Gondwana
 A. Teori PengkerutanTeori ini menunjukan bahwa bumi mengalami pendinginan dalam periode waktu sungguh usang dimana suatu massa sungguh panas bertemu dengan udara masbodoh sehingga menimbulkan terjadinya pengkerutan.

Karena material yang berbeda maka pengerutan tidak sama antara satu lokasi dengan lokasi lain. Inilah mengapa ada daerah yang bertipe dataran tinggi, dataran rendah, cekungan dan lainnya.

Teori ini dikemukakan oleh James Dana dan Elie de Baumant. Analogi teori pengkerutan yakni seperti buah apel yang apabila didiamkan maka akan mengering dan kulitnya mengerut.

Teori ini banyak dikritik karena mustahil penurunan suhu (pembentukan pegunungan dan lembah) berlangsung sungguh drastis. Padahal kenyataannya, di dalam bumi masih terdapat komponen pijar dan lapisan bumi yang terus mengalami pergerakan.

B. Teori Laurasia-Gondwana 

Permukaan bumi senantiasa mengalami perubahan atau kemajuan. Perubahan dimaksud terus berlangsung sampai sekarang, ditunjukkan dengan adanya pergerakan/perubahan daratan (benua). 

Jika dilihat pada sejarah kurun lalu bantu-membantu benua-benua di permukaan bumi ini pernah berkumpul serta menyatu menjadi dua benua besar (supercontinent) yang oleh Edward Suess diberi nama Laurasia (di serpihan utara) dan Gondwana Land (di kepingan selatan). Kedua benua raksasa itu dipisahkan samudera Tethys. Benua besar tersebut dalam perkembangannya lalu pecah dan memisah saling menjauh, sesuai arah pergerakannya masing-masing. Pada alhasil, terbentuk kondisi yang ada pada ketika ini, yaitu adanya Benua Amerika (Utara dan Selatan), Eropa, Asia, Afrika, dan Australia. Proses perubahan benua akan terus berjalan sampai seterusnya. 
Benua Laurasia dan Gondwana

C. Teori Apungan BenuaPada tahun 1912, Alfred Wegener spesialis meteorologi Jerman mengemukakan konsep pengapungan benua (continental drift) dalam karya berjudul The Origin of Continents and Oceans.  Hipotesa Wegener merupakan adanya satu benua besar (super continent) yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya, sekitar 200 juta tahun yang lalu superbenua Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan lalu bergerak menuju ke tempatnya mirip yang dijumpai ketika ini. 
Akan namun penyebab pergerakan benua ini belum dikenali oleh Wegener.
 
Teori apungan benua Wegener

D. Teori Lempeng TektonikDua lempeng akan berjumpa di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu kawasan dimana aktivitas geologis umumnya terjadi, mirip gempa bumi serta pembentukan kenampakan topografis mirip gunung, gunung berapi, dan palung samudera.  Mayoritas gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, mirip Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dimengerti luas.  Lempeng tektonik bisa ialah kerak benua atau samudera, namun lazimnya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika meliputi benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Terdapat tiga batas lempeng yang bergerak relatif kepada lempeng satu sama lain. Fenomena yang muncul di tiga batas lempeng tektonik ini bertentangan.
3 batas lempeng tektonik
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi bila lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di segi yang berlawanan dengan pengamat) atau pun dekstral (ke kanan di segi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar Semangko di Sumatera. 2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi di dikala dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah acuan batas divergen. Batas divergen terkenal adalah Mid Atlantic Ridge.
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jikalau dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi bila salah satu lempeng bergerak di bawah lainnya, atau ukiran benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.  Palung laut yang dalam lazimnya berada di zona subduksi, dimana cuilan lempeng yang terhujam banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menjadikan pencairan sehingga menyebabkan kegiatan vulkanik. Contoh batas konvergen yaitu Indonesia bagian selatan yang ialah subduksi Indo-Australia dan Eurasia. Berikut ini sebaran lempeng tektonik di dunia. Lempeng utama disebut lemepng mayor dan lemepng-lempeng yang relatif kecil disebut lempeng minor. Baca juga: Soal Hots PG Perkembangan Bumi
Peta lempeng tektonik