Beberapa waktu ini netizen dihebohkan berita perihal bahaya gempa besar
(megathrust) dan tsunami di selatan Jawa. Semua terusan isu online menulis judul yang nyaris sama dan terkesan menakut-nakuti. Tipikal masyarakat kita yang latah informasi eksklusif share isu dengan segera.
Lalu apakah benar gempa besar dan tsunami akan melanda Jawa kepingan selatan dalam waktu akrab ini?. Siswa aku pun di sekolah banyak yang WA sesudah isu ini booming . Sebenarnya gempa dan tsunami yaitu fenomena lazimyang telah sering terjadi di Indonesia sejak ribuan tahun lalu. Buktinya ada gempa dan tsunami Aceh, gempa Bantul, tsunami Pangandaran, gempa Lombok, tsunami Anyer sampai gempa Palu. Lalu mengapa tamat-akhir ini info gempa dan tsumai tersebut jadi heboh?. Ya biasalah media kita kan gitu, sering membuat tagline yang membuat netizen jadi terbawa emosi. Sebenarnya penduduk kita (nenek moyang) dulu sudah terbiasa dengan hal ini dan mitigasinya pun sangat baik utamanya struktur bangunan. Kita akan ulas dahulu dari sisii geografis dan geologis ya. Istilah "megathrust" di telinga penduduk awam mungkin terkesan bombastis, padahal dalam ilmu geografi dan geologi ini sudah bisa ya bor.
|
Zona subduksi megathrust
|
Zona megathrust itu yaitu ungkapan untuk menjelaskan sumber gempa tumbukkan lempeng di kedalaman dangkal. Tumbukan ini karena lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua sehingga membentuk tegangan (tertekan) pada bidang kontak antar lempeng. Hal ini akan menimbulkan bergesernya lempeng tiba-tiba dan menimbulkan gempa. Jika gempa terjadi maka pecahan benua yang berada di atas lempeng samudera bergerak terdorong naik
(thrusting). Zona penunjaman lempeng disebut juga selaku zona subduksi. Nah Indonesia kepingan selatan termasuk zona subduksi dari mulai Aceh hingga Flores. Makara gak heran di daerah sekitar ini banyak gunung api, gempa dan tsunami. Kaprikornus pundak-membahu kita udah telah biasa ya dengan fenomena tektonik tersebut. Ya harusnya begitu, dan semakin sering dilanda fenomena maka idealnya penduduk akan sadar diri dan telah tertanam pola pikir untuk mengantisipasinya. Tapi kayaknya di penduduk kita gak demikian ya?. Mungkin ini perlu kajian budaya. Kalau budaya nenek moyang jaman dahulu sih sudah sangat siap bentul dengan fenomena gempa dan tsunami. Buktinya apa?. Coba amati rumah etika Aceh, Sunda, Jawa dan yang lain niscaya berstruktur panggung, tiang pondasinya pakai model ceker ayam dan yang lain. Itu semua bukan kebetulan guys, namun untuk meminimalisir getaran gempa dan mengurangi imbas tsunami. Makara penduduk kita dahulu itu sudah cerdas bro, sis!. Sekarang aja yang bangunannya pakai beton, filosfofinya ga berdasar abjad geografis, ya ada malahan seni yang ditonjolkan. Hasilnya saat gempa ya rubuh. Coba lihat bangunan joglo ketika gempa Bantul, relatif tidak rubuh total bahkan ada yang 100% bangun besar lengan berkuasa (pengalaman rumah nenek saya). Jadi gempa dan tsunami itu yakni makanan Indonesia sejak dahulu, sejatinya wawasan, kesadaran dan kesiapsiagaan penduduk dan pemerintahlah yang kini ini perlu dioptimalkan. Persoalan kita ketika ini bukan pada tentang mengapa dan kapan gempa besar dan tsunami akan melanda Jawa dan Sumatera namun Kapan kita akan siap menghadapi fenomena mirip ini? Apakah kita perlu menghidupkan kembali roh nenek moyang kita biar mengajari kembali masyarakat Indonesia jaman now?. Pengalaman gempa dan tsunami dalam 20 tahun terakhir senantiasa menjadikan korban jiwa yang besar. Ini menerangkan bahwa administrasi peristiwa di Indonesia masih tidak beres. Masyarakat juga terkesan abai akan bahaya ini dan cuma ribut setelah insiden terjadi. Pemasangan alat perayaan dini di pesisir pantai juga masih minim. Kalupun dibangun terkadang dicuri. Inilah lingkaran setan di masyarakat kita yang entah hingga kapan berakhirnya. Makara kajian gempa megathrust ini hanya sebatas observasi kesempatangempa menurut contoh yang terjadi di wilayah tersebut di tahun-tahun kemudian. Tujuan riset ini untuk menyadarkan penduduk biar siap siaga dan tidak cemas kepada fenomena ini. Tapi yang terjadi di penduduk kini kan malah biar terjadi kepanikan padahal gempa dan tsunaminya pun tidak dimengerti kapan terjadinya. Sampai sekarang tidak ada alat yang mampu memprediksi kapan gempa terjadi. Kalau tsunami mampu diprediksi jikalau sudah terjadi gempa atau erupsi di tengah maritim. Kaprikornus marilah jadi bangsa cerdik, buka kembali buku-buku perihal budaya nenek moyang. Baca kajian fisosofis bangunan di era kemudian, tanya kakek atau nenek yang masih hidup dan praktikan dalam kehidupan dikala ini. Kalau pun tidak bisa sama dalam hal struktur, ya bisa dimodifikasi yang penting konsepnya sama.
|
Rumah Sunda berstruktur panggung berfungsi meredam getaran gempa
|