Blogger Jateng

Rangkuman Sejarah Pemberontakan Awal Kemerdekaan

Upaya disintegrasi bangsa di Indonesia senantiasa terjadi bahkan semenjak masa kemerdekaan dahulu. Disintegrasi intinya lahir sebab ada rasa ketidakadilan.

Indonesia ialah negara bermacam-macam dan mempunyai aneka macam macam suku bangsa sehingga upaya-upaya disintegrasi selalu terjadi meski tidak senantiasa sukses semuanya.

Kita memiliki ideologi Pancasila selaku pemersatu bangsa sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap tersadar hingga ketika ini.

Berikut ini pola beberapa pemberontakan yang terjadi sepanjang sejarah awal kemerdekaan Indonesia.

1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun pada tahun 1948. Pemberotakan PKI Madiun dipimpin oleh Muso dengan argumentasi ingin membentuk Republik Soviet Indonesia karena hasil kontrakRenvile merugikan Indonesia dan menguntungkan Belanda.

Upaya penumpasan pemberontakan PKI Madiun 1948 dengan operasi militer yang dipimpin Kolonel Gatot Subroto. Muso berhasil ditembak mati pada 31 Oktober 1948 di Ponorogo.

2. Pembrontakan DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Maridjan Kartosuwiryo yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk Negara Islam Indonesia (NII). Kartosuwiryo sendiri yakni sahabat Soekarno tetapi punya misi dan ideologi berlawanan ihwal negara.

Upaya penumpasan pemberontakan DI/TII Jawa Barat dilakukan dengan mengirimkan Pasukan Siliwangi dan melaksanakan Operasi Bharatayudha. Kartosuwiryo ditangkap di kawasan Majalaya 4 Juni 1962 dan dieksekusi mati di Kepulauan Seribu.

3. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah yang dilandasi kekecewaan hasil negosiasi Renvile. Bumiayu dipilih menjadi basis pertahanan DI/TII Jawa Tengah. Upaya penumpasan DI/TII Jawa Tengah dikerjakan dengan membentuk Gerakan Banteng Negara dibawah komando Letkol Sarbini dan lalu digantikan Lektol Bachrun. Amir Fatah sukses ditangkap pada 22 Desember 1950.
Tokoh pemberontakan kurun permulaan kemerdekaan (kiri ke kanan): Andi Azis, Kartosuwiryo, Kahar Muzakkar, Muso, Soumokil, Amir Fatah, Westerling
4. Pemberontakan DI/TII Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh karena kekecewaannya terhadap penurunan status Aceh dari Daerah Istimewa menjadi keresidenan di bawah Sumatera Utara. Ia kemudian menjalin komunikasi dengan Kartosuwiryo dan pada 21 September 1953 mengeluarkan maklumat bahwa Aceh adalah bagian dari NII.

Upaya pengendalian pemberontakan DI/TII Aceh dijalankan dengan musyawarah kerukunan rakyat Aceh yang dipimpin oleh Pangdam I Kolonel M. Yasin.

5. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakkar karena kecewa permintaan gerilyawan agar semua masuk TNI tidak dipenuhi. Ia mengajak pengikutnya masuk hutan dengan menenteng senjata dan menyatakan pada 7 Agustus 1953 Sulawesi Selatan menjadi cuilan dari NII pmimpinan Kartosuwiryo.

Kahar Muakkar sukses ditembak mati dalam operasi militer Tentara Nasional Indonesia pada 3 Februari 1965.

6. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin Raymond Westerling yang didalangi oleh kaum kolonialis Belanda yang punya kepentingan ekonomi. Mereka berusaha mendirikan Negara Pasundan dengan APRA selaku pasukan militer resmi,

Upaya penyelesaian dilakukan dengan perundingan perdana menteri RIS dan komisaris tinggi Belanda serta operasi militer. Westerling berhasil melarikan diri ke luar negeri pada 22 Februari 1950.

7. Pemberontakan Andi Azis (pimpinannya) dilandasi permintaan keamanan Negara Indonesia Timur hanya menjadi tanggung jawab pasukan bekas KNIL saja dan menolak masuknya Tentara Nasional Indonesia/APRIS ke kawasan Sulsel.

Andi Azis didakwa selaku pemberontak dan pada karenanya di tanggal 21 April 1950 Sukawati sebagaiPresiden NIT menyatakan diri bersedia bergabung dengan NKRI.

7. Pemberontakan Republik Maluku Selatan dipimpin oleh Soumokil yang menolak integrasi dan ingin mendirikan negara sendiri dan dilandasi kekalutan para mantan KNIL terkait status mereka di hasil Konferensi Meja Bundar.

Upaya perdamaian dilakukan dengan negosiasi tetapi tidak berhasil sehingga dilanjutkan operasi militer dibawah komando Kolonel Kawilarang. Pada 28 September 1950 APRIS sukses menguasi kembali Ambon namun para tokoh RMS melarikan diri ke Pulau Seram