Blogger Jateng

Duh, Sampah Kotori Sungai di Majalengka

Sungai intinya yakni anugerah Tuhan dan ialah mitra hidup manusia. Akan namun saat ini sungai telah tidak lagi menjadi mitra hidup melainkan objek eskploitasi oleh manusia. Seiring meningkatknya perkembangan teknologi, industri, produk ekonomi oleh insan ternyata berbanding terbalik dengan akhlak lingkungan.

Sudah lebih dari 5 tahun aku menjadi warga Majalengka dan melihat degradasi sungai semakin masif terjadi. Jangankan kawasan hilir, daerah hulu sungai pun sudah menjadi bak sampah. Inilah imbas dari "man ecological dominant" yang terjadi di negara kita.

Peradaban insan ternyata mundur di tengah pesatnya zaman, kehebatan teknologi, masifnya pembangunan infrastruktur dan lainnya. Manusia saat ini sudah kehilangan budpekerti bahkan terhadap lingkungan. Sungai dianugerahkan oleh Tuhan semoga bisa menjadi kawan hidup insan namun balasan kita selaku mahluk yang katanya paling "sempurna" sangat ironis.

Majalengka yang ialah kota kecil dan sumber airnya berasal dari Ciremai bahwasanya harus menjadi kota higienis. Akan tetapi fakta dilapangan tidak demikian, manusia telah lagi tidak memiliki rasa aib dan membuang sampah ke sungai kini menjadi suatu kebiasaan.

Memang saat ini program yang sebaiknya dilakukan pemerintah yaitu mereset mindset (contoh pikir) insan/penduduk ihwal air khususnya sungai. Sungai adalah mitra hidup dan kita harus menjaganya sebaik mungkin. Jika sungai dijadikan bak sampah maka tunggu beberapa tahun ke depan maka bencana akan secepatnya tiba.
Sampah sungai di Majalengka
Memimpikan adipura kembali didapat Majalengka pastinya kian jauh dari cita-cita bila menyaksikan fakta mirip ini. Adipura pada dasarnya cuma simbol, akan tetapi hal terpenting yaitu menanamkan teladan pikir kepada masayarakat bahwa mempertahankan sungai ialah sebuah kewajiban. Kerakusan insan yang Allah tuliskan dalam Al Alquran memang benar adanya nampak dalam kehidupan saat ini. Semoga penduduk cepat sadar, taubat bahwa mereka telah dzalim terhadap sesama mahluk (air, tanah, batuan) dan segera mengubah perilaku jelek terhadap lingkungan tersebut.

Pembangunan infrastruktur (fisik) mesti disertai dengan pembangunan adat (adat) masyarakatnya semoga jadinya seimbang. Infrastruktur sehebat apapun jikalau manusianya tidak memiliki adat maka lambat laun akan rusak juga di lalu hari. 

Karena aku ILMUGURU maka aku akan berikan sedikit pengetahun terkait sungai. Sungai itu secara struktural berisikan sungai potongan hulu, kepingan tengah dan belahan hilir. Sungai belahan hulu lazimnya berarus deras, lebar sempit dan banyak teladas. Sungai serpihan tengah telah mulai melebar, arus mulai menurun dan banyak meander. Sungai belahan hilir fatwa air telah melambat alasannya adalah aspek topografi, banyak sedimentasi dan sungai melebar.

Jika kita sudah bersungguh-sungguh buang sampah dari daerah hulu maka lambat laun akan bergerak mengalir dan terendapkan di bagian hilir. Bagian hilir sungai  jikalau banyak mengendapkan sampah maka volumen debit air berkurang sehingga akan memicu banjir ketika mulut lebih banyak didominasi penghujan. Kaprikornus itulah salah satu pengaruh kita sering buang sampah ke sungai dan perlu direnungkan kembali. Hidup berbalut keserakahan dan ketidakpedulian hanya mengundang bencana. Bisakah kita merubahnya?.