Blogger Jateng

Aplikasi PJ dan SIG Untuk Mitigasi Banjir

Banjir yaitu peristiwa yang sering terjadi dan menawarkan imbas yang mampu menghancurkan pada kehidupan insan ataupun lingkungan. 

Potensi banjir akan terus berkembangsejalan dengan kian sempitnya lahan penyerap air permukaan dan memburuknya metode drainase. 

Perubahan iklim yang terjadi secara global mengembangkan potensi terhadap insiden banjir. Sistem gosip geografis dan data penginderaan jauh banyak dimanfaatkan dalam kajian mitigasi insiden banjir. 

Ouma dan Tateishi (2014) memakai tata cara gosip geografis mengkaji banjir perkotaan dengan dasar keadaan topografi dan morfometri lahan perkotaan. 

Kondisi tersebut diurai menjadi parameter elevasi, kemiringan lereng (slope), tanah, curah hujan, jaringan drainase, dan penggunaan lahan.

Data-data tersebut berikutnya oleh Ouma dan Tateishi (2014) dianalisis melalui prosedur AHP lewat perangkat sistem gosip geografis.


Parameter evaluasi banjir perkotaan
Keterkaitan parameter dalam kajian ini terkait patokan fisik dan sosio hemat ditunjukkan seperti pada gambar di bawah. Parameter tersebut dinilai sebagai parameter yang penting dan memperlihatkan imbas terhadap kejadian banjir perkotaan. 

Data parameter elevasi, slope dan jaringan drainase diturunkan dari data DEM. Perkembangan pada ketika ini, model elevasi digital bisa diturunkan dari data penginderaan jauh seperti citra satelit ASTER dan SRTM.

Elevasi dan slope memiliki peran yang penting terhadap peristiwa banjir. Ketinggian kawasan tidak memungkinkan terjadinya genangan. Genangan akan terjadi pada titik-titik yang mempunyai elevasi rendah. 


Informasi lokasi yang mempunyai elevasi rendah dapat diidentifikasi melalui data model elevasi digital (DEM).Beda tinggi tempat menciptakan kekasaran permukaan lahan. 

Lahan yang mempunyai kekasaran tinggi lebih memungkinkan terjadinya infiltrasi dibandingkan permukaan yang halus. Infiltrasi meminimalkan peluangjumlah air yang jatuh menjadi air larian permukaan lahan. 

Slope berperan kepada kendali kecepatan air larian permukaan, arah larian, dan jumlah air larian permukaan dan bawah permukaan yang hingga ke lokasi banjir. Slope yang landai merupakan kondisi yang lebih peka kepada banjir. 

Jenis tanah mempunyai tugas yang besar terhadap kemampuan infiltrasi. Tanah pasir mempunyai kesanggupan infiltrasi yang tinggi dibandingkan dengan tanah lempung. 

Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa infiltrasi akan mengurangi jumlah air larian permukaan atau run off yang hendak menjadi banjir. Curah hujan ialah aspek utama penyebab banjir. 

Curah hujan dengan intensitas yang tinggi akan secara langsung menimbulkan terjadinya banjir. Kepadatan jaringan drainase menawarkan peran terhadap tingkat pengikisan permukaan pada lahan. 

Dengan demikian kian tinggi tingkat kepadatan drainase akan memberikan potensi yang lebih tinggi terhadap hilangnya tanah permukaan. Kehilangan tanah permukaan akan meminimalkan kesanggupan infitrasi, terutama bila telah mencapai lapisan batuan dasar. 

Penggunaan lahan dan epilog lahan juga merupakan satu kendali terhadap stabilitas tanah dan infiltrasi. 

Penutupan vegetasi memiliki kesanggupan yang lebih besar dalam menahan air permukaan dan mengembangkan infiltrasi dibandingkan lahan dengan terbangun.

Hasil perhitungan dan analisis memakai AHP dan sistem berita geografis memberikan sebaran area kerentanan dan risiko insiden banjir dengan akurasi yang tinggi. 

Perpaduan tata cara ini membuat info peluangbanjir dengan secepatnya dan mendekati fakta yang pundak-membahu. Berdasar pada keadaan ini, perpaduan tata cara AHP dalam metode gosip geografis sangat potensial untuk kajian mitigasi tragedi banjir.

Sumber: Modul PPG Geografi