Blogger Jateng

6 Langkah-Langkah Discovery Learning Model

Metode Discovery Learning yaitu teori mencar ilmu yang didefinisikan selaku proses pembelajaran yang terjadi kalau pelajar tidak disuguhkan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diperlukan mengorganisasi sendiri. 

Sebagaimana anjuran Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the simpulan form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner adalah tawaran dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam berguru di kelas.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kesanggupan menyelesaikan duduk perkara. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak terang dalam Discovery Learning adalah materi atau materi pelajaran yang hendak disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk simpulan akan tetapi siswa selaku akseptor didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri lalu mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka pahami dan mereka ketahui dalam sebuah bentuk selesai.

Dengan mengaplikasikan sistem Discovery Learning secara berulang-ulang mampu menyebarkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan tata cara Discovery Learning, ingin mengganti kondisi mencar ilmu yang pasif menjadi aktif dan inovatif.


Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa cuma menerima gosip secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menerima gosip sendiri.
Pembelajaran versi discovery learning
Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran. Berikut ini tindakan dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas.
1)    Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menawarkan keadaan interaksi mencar ilmu, Bruner menunjukkan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mampu menghadapkan siswa pada keadaan internal yang mendorong eksplorasi.


2)    Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Memberikan potensi siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berkhasiat dalam membangun siswa biar mereka terbiasa untuk mendapatkan suatu masalah.


3)    Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau mengambarkan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak latih diberi potensi untuk mengumpulkan (collection) banyak sekali berita yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melaksanakan uji coba sendiri dan sebagainya.

4)    Data Processing (Pengolahan Data)
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi selaku pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan menerima pengetahuan baru wacana alternatif jawaban/ solusi yang perlu mendapat pembuktian secara logis.


5)    Verification (Pembuktian)
Verification berdasarkan Bruner, bertujuan biar proses belajar akan berlangsung dengan baik dan kreatif kalau guru menawarkan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan sebuah rancangan, teori, aturan atau pengertian melalui teladan-pola yang beliau temui dalam kehidupannya.


6)    Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah mempesona kesimpulan siswa mesti memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.