Blogger Jateng

PPG Daljab: Karakteristik Siswa Abad 21

Anda selaku guru jaman now tentu berhadapan dengan anak-anak generasi z alias milenial. 

Mengajar anak jaman now sungguh berbeda dengan mengajar anak generasi tahun 80an, 90an bahkan 2000an. Bagaimana karakteristik siswa masa 21 dalam suatu proses pembelajaran berbasis web?.

Semua setuju bahwa siswa jaman sekarang atau yang sedang terkenal disebut selaku siswa zaman now, adalah berlainan dengan karakteristik siswa jaman dahulu.
Jika dulu siswa simpel hanya mempunyai potensi berguru pada lembaga sekolah, tetapi kini sumber mencar ilmu ada di mana-mana dan bahkan terbawa ke mana-mana. Melalui ponsel cendekia berbasis android misalnya, siswa jaman sekarang bisa dengan mudah berguru sesuai dengan yang diperlukan. 

Sebuah mesin pencari yang begitu populer, yakni google, siswa sekarang bisa menemukan aneka macam informasi pembelajaran sesuai dengan keperluan. 
Sudah tidak diragukan lagi, bahwa sikap berguru siswa kini, sangat bergantung atau bahkan mengga ntungkan diri pada mesin penelusuran google itu. Jika ada pertanyaan kemampuan apa yang dibutuhkan oleh siswa pada masa abad 21? 

Menurut Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009), dalam bukunya berjudul 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, mengidentifikasi ada beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh generasi era 21 meliputi nilai dan perilaku mirip rasa keingintahuan tinggi, iktikad diri, dan keberanian. Keterampilan dan kecakapan kurun 21 meliputi tiga klasifikasi utama, adalah:
1. Keterampilan berguru dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan persoalan dalam komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan kreatif.
2.  Keahlian literasi digital: literasi media gres dan literasi ICT.
3. Kecakapan hidup dan karir: mempunyai kemamuan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab.
Dalam kala 21 menuntut karakteristik siswa yang memiliki kemampuan mencar ilmu dan inovasi, adalah yang berkait dengan kesanggupan berpikir kritis. Kemampuan ini menuntut kebebasan berpikir dalam sebuah proses pembelajaran.


 Faktanya, dalam prosses mencar ilmu mengajar di forum sekolah sekarang ini masih banyak siswa kesulitan mengajukan pertanyaan, dan bahkan takut mengajukan pertanyaan. 
Terdapat beberapa penyebab mengapa siswa kurang memiliki kesanggupan mengajukan pertanyaan, alasannya selama ini lebih banyak pendekatan pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). 

Memang tidak mudah menetralisir kendala kultural ini, alasannya masih berkembangnya persepsi bahwa guru adalah sentra sumber berguru utama, dan guru harus serba tahu.
Akan namun dalam masa 21, pendekatan mirip itu telah tidak sesuai lagi jikalau memang ingin membentuk karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis. Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student center) sebagaimana yang diusulkan selama ini yakni sebuah keharusan. 


Murid mesti dipandang selaku subyek aktif yang memiliki daya seleksi dan daya interpretasi, serta daya kreasi tinggi terhadap topic apa yang diangkat dalam sebuah proses pembelajaran. 
Pendekatan ini bukan berprinsip benar atau salah, namun prinsipnya bagaimana membuatkan kemampuan bernalar dan berargumentasi siswa. Oleh karena itu penerapan versi pembelajaran konstruktivistik seperti pembelajaran kooperatif, metode diskusi, curah anjuran, dan debat perlu diintensifkan, sehingga melatih siswa mempunyai kesanggupan bertanya dan tidak takut bertanya dalam upaya mengembangkan kesanggupan berpikir kritis dan pemecahan problem.
Dalam kala berkemajuan seperti sekarang ini, maka siswa mesti memiliki aksara kreatif dan inovatif. Ketika sekarang dunia memberikan potensi untuk memajukan industry kreatif berbasis digital, maka siswa perlu mengembangkan diri kemampuan inovatif dan kreatif. 


Era industry inovatif menuntut banyak sekali produk yang utamanya dihasilkan oleh pikiran atau ilham-ilham inovatif, buka keterampilan fisik. Fakta juga telah memperlihatkan bahw generasi muda sekarang yang bergerak pada industry inovatif semakin banyak, dan industri daring ini sekarang sudah menjadi acuan impian Indonesia di abad depan.
Abad 21 menuntut siswa memiliki keterampilan literasi digital atau literasi media baru dan literasi ICT. Secara keseluruhan, bila daripada guru, literasi digital boleh dikatakan lebih tinggi di kelompok siswa. 


Argumen ini berangkaat dari logika berpikir sekuensial, bahwa generasi belakangan pasti lebih singkat dalam menerima kehadiran teknologi gres. Sekarang dikenal apa yang disebut selaku generasi digital imigran dan digital natif. 
Generasi digital imigran ialah generasi tua, termasuk sebagian besar guru di Indonesia. Sementara itu generasi digital natif ialah mereka yang sejak usia dini sudah terbiasa dengan media digital dalam aktivitas sehari-hari, mulai dari aktivitas bermain, berguru, dan aktivitas apa pun yang berafiliasi . Siswa generasi digital natif ini mampu dibilang telah relatif mempunyai tingkat literasi digital cukup tinggi.
Literasi ICT kalau mengacu pada pengertian PBB cukup luas cakupannya. ICT memiliki arti mencakup juga media usang seperti radio dan televisi, jadi bukan saja media gres seperti gawai atau telepon genggam yang berbasis android terkoneksi jaringan internet. 


Oleh sebab itu siswa pada masa 21 ialah mereka yang mempunyai kemampuan mengetahui, menggunakan secara teknis, dan memanfaatkan pada kegiatan pembelajaran. Penggunaan televisi selaku media pembelajaran instruksional contohnya, juga ialah kesanggupan literasi ICT, sebab itu siswa dapat juga terlibat dalam pembelajaran audiovisual. 
Lebih dari itu, kini yang sedang tren yaitu bahwa siswa terlibat secara intensif dalam proses pembelajaran web, tergolong juga penggunaan multimedia interaktif. Karakteristik siswa periode 21 berhubungan dengan kecakapan hidup yang bukan saja sekadar pasif menerima begitu saja kondisi. 

Akan namun perlu selalu mengambil insiatif dalam banyak sekali program pembelajaran, sehingga terus adaptif dengan kepada perkembang teknologi baru yang kian canggih. Temuan teknologi infomarsi dalam bidang pendidikan terus terjadi secara susul-menyusul dalam rentang waktu yang semakin cepat jarak intervalnya. 
Karena itu, berbagai aplikasi pembelajaran dalam elearning contohnya, terus menawarkan temuan baru dalam jarak yang relatif pendek, sehingga siswa diterpa oleh kedatangan inovasi pendidikan lewat temuan aplikasi baru. 

Dalam pada itu bila siswa tidak mempunyai kesanggupan adaptif kepada penemuan teknologi digital ini, maka akan makin tertinggal dan hasilnya kurang mempunyai akses untuk masuk dalam dunia penduduk siber.
4 kemampuan siswa kala 21
Siswa kurun 21 juga dituntut mempunyai huruf kecakapan sosial dalam interaksi antarbudaya dan antarbangsa, alasannya adalah dunia semakin mengglobal dan menjadi satu kesatuan. 

Jika ingin berbagi berbagai pengetahuan dan kemampuan, serta keterampilan yang cocok dengan minatnya, siswa mampu berbagi (sharing) dengan banyak sekali siswa di seluruh dunia. 

Dunia siber telah menyampaikan kemudahan memadai untuk bisa berkomunikasi terhadap siapa saja melalui internet atau pun media umum ke seluruh dunia. Karena itu belajar dalam ruang virtual memungkinkan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan keahlian sesuai dengan minat dan bakatnya.
Dalam pada itu, siswa pada periode digital juga dituntut untuk mempunyai kesanggupan berafiliasi secara tim, bukan saja antarsiswa di lingkungan kelasnya, tetapi mampu menembus batas ruang dan waktu, ke dunia siber antarsiswa di seluruh dunia. 


Kerjasama dalam ini konteks ini menuntut kesanggupan inovatif dan daya inovatif semoga apa yang dimiliki siswa memang memiliki daya tawar tinggi sehingga mempesona perhatian. Misalnya wawasan dalam bidang robotik, budidaya tumbuhan, dunia permainan, dan temuan inovatif lain yang berkhasiat bagi pemecahan persoalan, adalah hal-hal yang menawan minatgenerasi digital natif sampaumur ini.
Akhirnya, siswa pada kurun 21 juga perlu memiliki kecakapan dalam bidang kepemimpinan produktif dan akuntabel. Artinya apa yang disediakan dalam bidang kemampuan masing-masing mesti betul-betul mampu dievaluasi secara fair, sehingga teruji. 


Ini penting untuk mencari doktrin dalam komunikasi antarbangsa antarkultur di dalam dunia virtual. Oleh sebab itu kepemimpinan produktif memang harus disertai perilaku tanggung jawab kepada apa yang telah ditentukan secara bareng perihal banyak sekali hal yang berhubungan dengan kreativitas dan penemuan.
Begitulah, banyak sekali karakteristik yang dituntut dalam abad digital, yang seluruhnya memang mesti dilandasi oleh sikap keingintahuan tinggi dan keinginanuntuk maju dan progresif. 


Di atas itu semua, dalam masa digital dalam masyarakat jejaring kini ini yaitu kesanggupan mencar ilmu berdikari. 

Makara siswa zaman now mau tidak mau mesti memiliki kemampuan mencar ilmu bisa bangkit diatas kaki sendiri, karena media gres sudah menyediakan banyak sekali keterangan yang begitu melimpah. 

Jika telah mempunyai kesanggupan belajar mampu bangkit diatas kaki sendiri, maka pemanfaatan kemudahan belajar berbasis web yang bersifat serba digital.
Sumber: Modul PPG Daljab