Blogger Jateng

Ciri Kehidupan Masa Praaksara Neolitikum

Oke sahabat-teman kali ini kita akan belajar lagi wacana sejarah nih adalah periode praaksara. Masa paraaksara yakni masa dimana manusia belum mengenal ukiran pena. 

Ada beberapa periode praksara dan salah satunya ialah neolitikum. Sebelumnya kita udah mencar ilmu kan ihwal paleolitikum dan mesolitikum, jadi kini lanjut ke neolitikum.
R. Soekmono mengemukakan bahwa kebudayaan Neolitikum yaitu kebudayaan yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia saat ini. 

Kebudayaan Neolitikum yakni kebudayaan yang lebih maju daripada zaman sebelumnya, yang merupakan akibat dari adanya migrasi Proto Melayu dari daerah Yunan ke wilayah Asia Tenggara. 

Bangsa Proto Melayu  tersebut  menjinjing   kebudayaan  berupa  kapak  persegi  dan  kapak  lonjong  yang menjadi  ciri  khas  dari  kebudayaan  Neolitikum.  Berikut  ini  sketsa  sekilas  wacana  masa Neolitikum.
Kebudayaan  Neolitikum  diketahui   dengan  kapaknya  yang  sudah  halus,  hasil    dari keterampilan  dalam  teknik  mengasah  benda-benda  mirip  kapak  dan  gerabah.  Berikut peninggalan hasil kebudayaan Neolitikum yang tersebar di daerah-wilayah di Indonesia.
1. Kebudayaan Kapak Persegi Kapak persegi berdasarkan para andal mulai masuk ke Indonesia lewat jalur barat dari Yunan ke Semenanjung Malaka dan tersebar di daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,   Nusa Tenggara, dan Maluku.   

Beberapa tempat yang menjadi sentra dari kapak persegi yakni di Lahat Sumatra  Selatan, Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Karawang, dan Tasikmalaya (Jawa Barat), serta di Jawa Timur di daerah lereng selatan Gunung Ijen dan Pacitan.   

Kapak persegi  sendiri berupa   persegi  panjang  atau  trapesium. Kapak persegi biasanya yang dibuat dari watu chalchedon yang diperkirakan selain  untuk  alat  rumah  tangga  juga dipakai  selaku   alat  doktrin  mirip  jimat, alat upacara, dan lambang kebesaran. Gambar: disini
Kapak lonjong neolitikum
2. Kebudayaan Kapak Lonjong Kapak lonjong  adalah  kapak yang  mempunyai penampang   berbentuk   lonjong,   ujungnya  yang agak  lancip  biasanya dipasangi  tangkai, sedangkan ujung  lainnya  yang  berbentuk  bundar  diasah  hingga tajam.  Kapak  lonjong  memiliki  dua  jenis,  ialah  yang besar   disebut walzeinbeil  dan  yang  ukuran  kecil disebut kleinbeil. Kebudayaan kapak lonjong disebut juga  dengan  kebudayaan  Neolitikum  Papua  alasannya adalah sebagian   besar  temuan  kapak  persegi  terdapat di  kawasan  Papua. 

Selain  Papua, kapak   lonjong ditemukan pula di tempat Flores, Maluku, Kepulauan Tanimbar, Leti,  Taulud,  Sangihe, dan  Sulawesi. Kebudayaan kapak lonjong berdasarkan para jago mulai masuk ke Indonesia lewat jalur timur dari Asia daratan ke Cina, Jepang, Pulau Formosa, dan Filipina. Persebarannya terdapat di tempat Minahasa, Maluku, dan Papua. 
Selain  kapak  persegi  dan  kapak  lonjong,  pada zaman  Neolitikum  juga  ditemukan  alat-alat lainnya mirip komplemen dan tembikar. Daerah persebaran  tembikar   terdapat di kawasan Minangka Sipaka Sulawesi, Tangerang, Kendang  Lembu  Banyuwangi,  Yogyakarta,   Pacitan, serta  ditemukan  di  daerah  Sumatra  pada  lapisan teratas bukit-bukit kerang. 

Daerah   lainnya  adalah  Melolo  Sumba  yang banyak   didapatkan   gerabah atau  tembikar  yang berisi  tulang-belulang  manusia. Pada  zaman  Neolitikum,  tembikar memiliki  fungsi selaku    alat   penampung   juga  dipakai  untuk kepentingan upacara-upacara berupa aksesori-embel-embel.  

Menurut Marwati  Joned  Pusponegoro,  alat  berupa embel-embel  banyak  didapatkan  di  tempat  Pulau  Jawa  berupa  gelang-gelang  dan kalung yang yang dibuat dari batuan yang indah. 
Berikut ikhtisar kebudayaan neolitikum 1. Kehidupan sosial ekonomi - food producing ialah bercocok tanam, huma dan ladang - menetap - peralatan sudah halus
2. Teknologi - mengenal teknik pengairan dan pertanian - mengenal ilmu astronomi terkait iklim - mengenal dan menggunakan api
3. Hasil kebudayaan - kapak persegi - kapak lonjong - gerabah - belidung persegi
4. Manusia pendukung - bangsa Proto Melayu