Bismillahirrohmanirrohim, assalamualaikum wr.wb. Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT alasannya adalah limpahan rahmat dan hidayah Nya kita semua bisa berkumpul kembali dalam majelis ilmu yang gampang-mudahan senantiasa diberkahi Allah SWT.
Sholawat dan salam sentiasa kita curahkan terhadap nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, teman dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini kita akan mencoba membicarakan perihal pentingya tauhid dalam kehidupan. Saya akan coba mengisahkan sebuah riwayat pada zaman nabi dahulu kurun yang mudah-mudahan bisa menginsiprasi kita semua hari ini.
Diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa dahulu kala ada seseorang yang kaya raya bernama fulan. Fulan ini pada sebuah di ketika dihampiri oleh seseorang dari negeri seberang yang kemudian meminta pemberian sumbangan dinar untuk sebuah keperluan.
Lantas si fulan tanpa sedikit pun keraguan menawarkan dukungan kepada seseorang tadi sejumlah 2.000 dinar yang jikalau dikalkulasikan dikala ini dalam rupiah maka sekitar 2 milyar lebih. Uang tersebut dijanjikan akan dikembalikan pada beberapa bulan kemudian.
Si fulan kemudian bertanya terhadap terhadap peminjam duit tadi, "wahai sobat, lalu siapakah yang akan menjadi saksi dari kontrakini?". Sang peminjam uang menjawab "cukuplah Allah yang menjadi saksi bahwa aku meminjam duit dari engkau".
Si fulan lalu percaya terhadap sang peminjam duit setelah ia berkata seperti itu. Sang peminjam duit berkata bahwa ia akan menepati janjinya dengan mengembalikan uang tersebut beberapa bulan kemudian dan meminta si fulan untuk menjemputnya ke pelabuhan.
Sang peminjam uang pun kemudian pulang ke negeri asalnya dengan menenteng dinar dari si fulan. Waktu pun berlalu dan tiba saatnya di peminjam duit untuk mengembalikan dinar yang beliau pinjam dari si fulan.
Saat beliau akan mengembalikan dinar ke negeri fulan, ia terkejut alasannya di pelabuhan tidak ada satu kapalpun yang bisa mengantarkannya ke negeri si fulan. Sang peminjam uang kemudian bingung dan alhasil menemukan kotak kayu dan meletakkan dinar di kayu tersebut dan menulis surat di dalamnya lalu menghanyutkannya ke lautan lepas.
Sebelum mennghanyutkan kotak kayu tersebut beliau berkata "Ya Allah, bahu-membahu saya ingin menepati janjiku terhadap si Fulan untuk mengembalikan derma ini namun tidak ada satu kapalpun yang berlabuh dan mampu mengantarkanku kesana". "Sesungguhnya aku cuma berharap kepadaMu". Ia lalu menghayutkan dinar tersebut dan kembali ke rumahnya.
Di negeri seberang, si fulan menanti di tepi pelabuhan untuk mencari kapal karena sang peminjam uang menjanjikan akan mengembalikan uang pada saat itu. Ia terkejut sebab tidak ada satu kapalpun berlabuh.
Lalu beliau mencari kesana kemari dan kesannya menemukan sebuah kotak peti dan sesudah dibuka ternyata berisi dinar. Dalam kotak tersebut si fulan menemukan surat yang isinya "wahai fulan aku bahwasanya ingin menepati janjiku untuk mengembalikan dinar ini kepadamu, namun apa daya tidak ada satu kapal pun yang mampu mengantarkanku, maafkan saya".
Beberapa bulan kemudian, sang peminjam duit pergi lagi ke negeri si fulan dengan membawa dinar yang akan dia kembalikan. Kali ini ada banyak kapal yang berlabuh dan mampu ia naiki. Setelah hingga negeri seberang, bergegas ia menemui si fulan dan memperlihatkan 2.000 dinar kepadanya.
Peminjam duit berkata "fulan, maafkan aku karena aku tidak mampu menepati janjiku untuk melunasi hutang pada dikala jatuh tempo". Si fulan berkat "sahabatku, engkau tidak perlu menunjukkan dinar itu kepadaku lagi, karena Allah sudah mengirimkan dinar yang engkau kirimkan kemarin sebelumnya".
Hadirin sekalian dari cerita tersebut kita bisa mengambil nasihat bahwa tauhid atau dogma bantu-membantu kepada Allah SWT yakni fondasi utama kehidupan ini. Dengan bertauhid maka kita tidak akan pernah merasa tidak senang alasannya segala sesuatu ialah milik Allah dan apa yang telah diberikan yaitu yang terbaik bagi kita.
Banyak sekali dalam kehidupan sekarang ini kita sangat jauh dari Allah SWT bahkan mempersekutukan Allah demi menggapai sesuatu. Sementara Allah berfirman [1:5] Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta sumbangan.
Kadangkala kita meminta sesuatu tidak eksklusif terhadap Allah padahal Ia lah penguasa seluruh alam semesta dan isinya. Tidak ada satu hal pun yang tidak mampu dilaksanakan Allah. Tauhid terhadap Allah SWT bagaikan tali pegangan yang akan memberikan kita energi yang maha dahsyat sehingga kita selalu percaya bahwa Allah akan memperlihatkan jalan keluar dari semua problem kehidupan yang kita alami.
Makara pengunjung sekalian, marilah kita senantiasa memajukan ketauhidan kita terhadap Allah SWT alasannya cuma kepadaNya kita mampu meminta sumbangan di dunia yang semakin hari semakin sekuler ini. Semoga tausiyah singkat ini bisa menambah pengetahuan kita mengenai tauhid kepada Allah SWT dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wassalamualaikum wr. wb.
Sholawat dan salam sentiasa kita curahkan terhadap nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, teman dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini kita akan mencoba membicarakan perihal pentingya tauhid dalam kehidupan. Saya akan coba mengisahkan sebuah riwayat pada zaman nabi dahulu kurun yang mudah-mudahan bisa menginsiprasi kita semua hari ini.
Diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa dahulu kala ada seseorang yang kaya raya bernama fulan. Fulan ini pada sebuah di ketika dihampiri oleh seseorang dari negeri seberang yang kemudian meminta pemberian sumbangan dinar untuk sebuah keperluan.
Lantas si fulan tanpa sedikit pun keraguan menawarkan dukungan kepada seseorang tadi sejumlah 2.000 dinar yang jikalau dikalkulasikan dikala ini dalam rupiah maka sekitar 2 milyar lebih. Uang tersebut dijanjikan akan dikembalikan pada beberapa bulan kemudian.
Si fulan kemudian bertanya terhadap terhadap peminjam duit tadi, "wahai sobat, lalu siapakah yang akan menjadi saksi dari kontrakini?". Sang peminjam uang menjawab "cukuplah Allah yang menjadi saksi bahwa aku meminjam duit dari engkau".
Si fulan lalu percaya terhadap sang peminjam duit setelah ia berkata seperti itu. Sang peminjam duit berkata bahwa ia akan menepati janjinya dengan mengembalikan uang tersebut beberapa bulan kemudian dan meminta si fulan untuk menjemputnya ke pelabuhan.
Sang peminjam uang pun kemudian pulang ke negeri asalnya dengan menenteng dinar dari si fulan. Waktu pun berlalu dan tiba saatnya di peminjam duit untuk mengembalikan dinar yang beliau pinjam dari si fulan.
Saat beliau akan mengembalikan dinar ke negeri fulan, ia terkejut alasannya di pelabuhan tidak ada satu kapalpun yang bisa mengantarkannya ke negeri si fulan. Sang peminjam uang kemudian bingung dan alhasil menemukan kotak kayu dan meletakkan dinar di kayu tersebut dan menulis surat di dalamnya lalu menghanyutkannya ke lautan lepas.
Sebelum mennghanyutkan kotak kayu tersebut beliau berkata "Ya Allah, bahu-membahu saya ingin menepati janjiku terhadap si Fulan untuk mengembalikan derma ini namun tidak ada satu kapalpun yang berlabuh dan mampu mengantarkanku kesana". "Sesungguhnya aku cuma berharap kepadaMu". Ia lalu menghayutkan dinar tersebut dan kembali ke rumahnya.
Di negeri seberang, si fulan menanti di tepi pelabuhan untuk mencari kapal karena sang peminjam uang menjanjikan akan mengembalikan uang pada saat itu. Ia terkejut sebab tidak ada satu kapalpun berlabuh.
Lalu beliau mencari kesana kemari dan kesannya menemukan sebuah kotak peti dan sesudah dibuka ternyata berisi dinar. Dalam kotak tersebut si fulan menemukan surat yang isinya "wahai fulan aku bahwasanya ingin menepati janjiku untuk mengembalikan dinar ini kepadamu, namun apa daya tidak ada satu kapal pun yang mampu mengantarkanku, maafkan saya".
Beberapa bulan kemudian, sang peminjam duit pergi lagi ke negeri si fulan dengan membawa dinar yang akan dia kembalikan. Kali ini ada banyak kapal yang berlabuh dan mampu ia naiki. Setelah hingga negeri seberang, bergegas ia menemui si fulan dan memperlihatkan 2.000 dinar kepadanya.
Peminjam duit berkata "fulan, maafkan aku karena aku tidak mampu menepati janjiku untuk melunasi hutang pada dikala jatuh tempo". Si fulan berkat "sahabatku, engkau tidak perlu menunjukkan dinar itu kepadaku lagi, karena Allah sudah mengirimkan dinar yang engkau kirimkan kemarin sebelumnya".
Hadirin sekalian dari cerita tersebut kita bisa mengambil nasihat bahwa tauhid atau dogma bantu-membantu kepada Allah SWT yakni fondasi utama kehidupan ini. Dengan bertauhid maka kita tidak akan pernah merasa tidak senang alasannya segala sesuatu ialah milik Allah dan apa yang telah diberikan yaitu yang terbaik bagi kita.
Banyak sekali dalam kehidupan sekarang ini kita sangat jauh dari Allah SWT bahkan mempersekutukan Allah demi menggapai sesuatu. Sementara Allah berfirman [1:5] Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta sumbangan.
Kadangkala kita meminta sesuatu tidak eksklusif terhadap Allah padahal Ia lah penguasa seluruh alam semesta dan isinya. Tidak ada satu hal pun yang tidak mampu dilaksanakan Allah. Tauhid terhadap Allah SWT bagaikan tali pegangan yang akan memberikan kita energi yang maha dahsyat sehingga kita selalu percaya bahwa Allah akan memperlihatkan jalan keluar dari semua problem kehidupan yang kita alami.
Makara pengunjung sekalian, marilah kita senantiasa memajukan ketauhidan kita terhadap Allah SWT alasannya cuma kepadaNya kita mampu meminta sumbangan di dunia yang semakin hari semakin sekuler ini. Semoga tausiyah singkat ini bisa menambah pengetahuan kita mengenai tauhid kepada Allah SWT dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wassalamualaikum wr. wb.