Awal Februari ini isu seantero negeri digegerkan dengan berita tewasnya seorang guru ditangan seorang siswanya. Suatu fenomena yang hebat mencoreng dunia pendidikan di Indonesia. Lalu mengapa hal ini mampu terjadi?.
Siapa yang salah?. Berita ini cepat sekali menyebar di semua medsos dan memancing tanggapannetizen tentunya.
Kronologi singkat siswa membunuh gurunya di Sampang terjadi dikala di kelas. Siswa yang tidak memperhatikan pelajaran tidak terima diingatkan gurunya dan kesudahannya pukulan tinju terbang ke guru. Sehari lalu sang guru wafat karena cedera parah di kepala.
Saya langsung melihat tanggapannetizen di medsos utamanya facebook. Dan telah aku kira bahwa sehabis terjadi fenomena abnormal di Indonesia maka akan disusul fenomen yang lebih ajaib yang lain.
Saya cek di fb ada yang komen negatif hingga ada yang bilang guru mesti dibunuh (entah ini sengaja buat nyari trafik atau bukan), saya ga ngerti. Ada yang simpati kepada siswa, katanya siswa juga insan, punya hak hidup,,bla..bla...bla... macam-macam pokonya. Ada yang ajakan secepatnya menciptakan rekenign donasi untuk keluarga korban dan lain sebagainya.
Nampaknya netizen utamanya guru sedang mendengar gosip ini, belum lagi ngurus UN beberapa bulan lagi, tambah panas aja tuh kepala. Lalu apa yang bekerjsama sedang terjadi pada pendidikan di Indonesia?. Siapa yang salah?. Guru?. Siswa?. Orang Tua?. Lingkungan?. atau yang lain?.
Dalam menyaksikan persoalan ini dibutuhkan penilaian komperhensif dan tidak mampu cuma dipandang dari satu sisi. Ingat pendidikan itu yaitu suatu kolaborasi antar elemen, bukan hanya guru dan siswa tapi juga orang bau tanah dan lingkugan lain (televisi, agenda sinetron, media umum dll).
Gurunya baik tetapi orang bau tanah di rumah gak baik ya sama aja bohong. Orang renta baik dan guru baik tetapi lingkungan (sahabat, program televisi dll tidak mendukung pendidikan) ya sama aja juga bohong.
Jadi membangun pendidikan bagi anak bukan hanya sebatas guru, sekolah dan anak. Kaprikornus mari introspeksi sama-sama dari rumah apakah kita sudah menjadi orang bau tanah yang baik di rumah?. Apakah pemerintah sudah menciptakan acara pendidikan di televisi yang manis baik anak atau mayoritas sinetron yang tidak terang tujuannya?. A
pakah anak tersebut sering berkumpul dengan ulama atau pemuka agama dan mendengarkan siraman rohani spiritual agar kebijaksanaan pekerti mereka semakin baik?. Pendidikan memang kompleks dan saat ini tantangan utama yaitu globalisasi. Makara ya begitulah, agar fenomena jelek ini tidak terjadi lagi meski peluang memang niscaya ada.
Gambar: disini
Siapa yang salah?. Berita ini cepat sekali menyebar di semua medsos dan memancing tanggapannetizen tentunya.
Kronologi singkat siswa membunuh gurunya di Sampang terjadi dikala di kelas. Siswa yang tidak memperhatikan pelajaran tidak terima diingatkan gurunya dan kesudahannya pukulan tinju terbang ke guru. Sehari lalu sang guru wafat karena cedera parah di kepala.
Saya langsung melihat tanggapannetizen di medsos utamanya facebook. Dan telah aku kira bahwa sehabis terjadi fenomena abnormal di Indonesia maka akan disusul fenomen yang lebih ajaib yang lain.
Saya cek di fb ada yang komen negatif hingga ada yang bilang guru mesti dibunuh (entah ini sengaja buat nyari trafik atau bukan), saya ga ngerti. Ada yang simpati kepada siswa, katanya siswa juga insan, punya hak hidup,,bla..bla...bla... macam-macam pokonya. Ada yang ajakan secepatnya menciptakan rekenign donasi untuk keluarga korban dan lain sebagainya.
Nampaknya netizen utamanya guru sedang mendengar gosip ini, belum lagi ngurus UN beberapa bulan lagi, tambah panas aja tuh kepala. Lalu apa yang bekerjsama sedang terjadi pada pendidikan di Indonesia?. Siapa yang salah?. Guru?. Siswa?. Orang Tua?. Lingkungan?. atau yang lain?.
Dalam menyaksikan persoalan ini dibutuhkan penilaian komperhensif dan tidak mampu cuma dipandang dari satu sisi. Ingat pendidikan itu yaitu suatu kolaborasi antar elemen, bukan hanya guru dan siswa tapi juga orang bau tanah dan lingkugan lain (televisi, agenda sinetron, media umum dll).
Gurunya baik tetapi orang bau tanah di rumah gak baik ya sama aja bohong. Orang renta baik dan guru baik tetapi lingkungan (sahabat, program televisi dll tidak mendukung pendidikan) ya sama aja juga bohong.
Pendidikan yaitu sebuah kolaborasi |
pakah anak tersebut sering berkumpul dengan ulama atau pemuka agama dan mendengarkan siraman rohani spiritual agar kebijaksanaan pekerti mereka semakin baik?. Pendidikan memang kompleks dan saat ini tantangan utama yaitu globalisasi. Makara ya begitulah, agar fenomena jelek ini tidak terjadi lagi meski peluang memang niscaya ada.
Gambar: disini