Pada awal kala ke 20 dunia ilmu pengetahuan dikejutkan dengan inovasi-inovasi baru diantaranya teori kuantum Planck, teori relativitas Einstein dan teori versi penyusutan atom Rutherford.
Kemudian muncul versi kosmologi baru yang diciptakan oleh Einstein, de Sitter, Lemaitre dan Tolman yang mengatakan bahwa alam semesta berdimensi empat, melengkung, tak terbatas dan mengembang.
Dengan mengamati letak garis-garis panjang gelombang cahaya dalam spektrum elektromagnetik suatu galaksi, kemudian daripada garis-garis pola pada spektrum elektromagnetik dari sebuah benda tak bergerak di Bumi maka akan diketahui gerak galaksi itu.
Jika galaksi mempunyai inklinasi dengan garis persepsi yang bersudut kurang dari 90 derajat bermakna satu segi sedang bergerak menjauhi pengamat dan garis-garis spektrum dari bagian ini berpindah menuju bagian warna merah pada spektrum elektromagnetik.
Sisi yang lain sedang mendekat dan garis-garisnya berpindah menuju serpihan warna biru dari spektrum gelombang elektromagnetik. Efek ini dinamakan Efek Doppler dan didapatkan seorang ahli fisik Austria, Christian Doppler.
Perkiraan bahwa galaksi-galaksi menjauhi bumi dipakai sebagai bukti teori jagat raya mengembang. Teori jagat raya mengembang artinya jagat raya dimulai dengan sebuah ledakan ahli dan hingga sekarang terus mengembang.
Namun kebenaran teori ini intinya masih belum berpengaruh lantaran adanya pandangan dari sejumlah astronom yang meragukan kebenaran imbas Doppler dan menatap bahwa pergeseran mendekati warna merah pada garis-garis spektrum galaksi mugkin saja disebabkan oleh imbas lain selain galaksi.
Meski begitu, teori ini tetap diterima karena penjelasan Doppler paling sesuai dengan perkiraan bentuk jagat raya ketika ini. Jagat raya mungkin saja sedang mengembang. Apalagi dikala ini bermunculan teori-teori pendukungnya mirip teori gaya repulsi kosmis.
Tidak seperti gaya gravitasi yang mengakibatkan benda-benda langit tarik-menawan satu sama lain, gaya repulsi kosmis justru membuat benda-benda langit saling tolak-menolak. Jika gaya gravitasi lebih besar dari gaya repulsi kosmis, benda langit akan saling mendekat dan ruang angkasa menyusut.
Sebaliknya jika gaya repulsi kosmis lebih besar dari gravitasi, maka ruang angkasa akan memuai. Pada beberapa galaksi spiral mirip Andromeda, Bima sakti, gaya gravitasi di antara keduanya lebih besar dari gaya tolaknya.
Selain itu pemancaran kabut-kabut ekstragalaksi dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jaraknya yakni isyarat bahwa alam semesta memuai. Kecepatan kabut-kabut ekstra galaksi dan jaraknya hingga ke bumi mampu diketahui bahwa kecepatan bertambah 550 km/detik untuk tiap pertabahan jarak 1 megaparsek (3,262 juta tahun cahaya).
Gambar: disini
Kemudian muncul versi kosmologi baru yang diciptakan oleh Einstein, de Sitter, Lemaitre dan Tolman yang mengatakan bahwa alam semesta berdimensi empat, melengkung, tak terbatas dan mengembang.
Dengan mengamati letak garis-garis panjang gelombang cahaya dalam spektrum elektromagnetik suatu galaksi, kemudian daripada garis-garis pola pada spektrum elektromagnetik dari sebuah benda tak bergerak di Bumi maka akan diketahui gerak galaksi itu.
Jika galaksi mempunyai inklinasi dengan garis persepsi yang bersudut kurang dari 90 derajat bermakna satu segi sedang bergerak menjauhi pengamat dan garis-garis spektrum dari bagian ini berpindah menuju bagian warna merah pada spektrum elektromagnetik.
Sisi yang lain sedang mendekat dan garis-garisnya berpindah menuju serpihan warna biru dari spektrum gelombang elektromagnetik. Efek ini dinamakan Efek Doppler dan didapatkan seorang ahli fisik Austria, Christian Doppler.
Lengan galaksi dilihat dari bumi |
Namun kebenaran teori ini intinya masih belum berpengaruh lantaran adanya pandangan dari sejumlah astronom yang meragukan kebenaran imbas Doppler dan menatap bahwa pergeseran mendekati warna merah pada garis-garis spektrum galaksi mugkin saja disebabkan oleh imbas lain selain galaksi.
Meski begitu, teori ini tetap diterima karena penjelasan Doppler paling sesuai dengan perkiraan bentuk jagat raya ketika ini. Jagat raya mungkin saja sedang mengembang. Apalagi dikala ini bermunculan teori-teori pendukungnya mirip teori gaya repulsi kosmis.
Tidak seperti gaya gravitasi yang mengakibatkan benda-benda langit tarik-menawan satu sama lain, gaya repulsi kosmis justru membuat benda-benda langit saling tolak-menolak. Jika gaya gravitasi lebih besar dari gaya repulsi kosmis, benda langit akan saling mendekat dan ruang angkasa menyusut.
Sebaliknya jika gaya repulsi kosmis lebih besar dari gravitasi, maka ruang angkasa akan memuai. Pada beberapa galaksi spiral mirip Andromeda, Bima sakti, gaya gravitasi di antara keduanya lebih besar dari gaya tolaknya.
Selain itu pemancaran kabut-kabut ekstragalaksi dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jaraknya yakni isyarat bahwa alam semesta memuai. Kecepatan kabut-kabut ekstra galaksi dan jaraknya hingga ke bumi mampu diketahui bahwa kecepatan bertambah 550 km/detik untuk tiap pertabahan jarak 1 megaparsek (3,262 juta tahun cahaya).
Gambar: disini