Blogger Jateng

Rumah Adat Panjalin, Warisan Sunda Kuno Majalengka

Setiap daerah di Indonesia tentu mempunyai rumah adat masing-masing, begitupun di sekitar Karesidenan Cirebon khususnya Majalengka terdapat rumah budpekerti peninggalan kebudayaan penduduk Sunda antik ialah Rumah Adat Panjalin.

 Rumah akhlak Jawa Barat paling biasa ialah rumah Panggung, tetapi rumah akhlak Panjalin agak sedikit berlawanan dari rumah panggung suku Sunda kebanyakan. Karena penasaran, saya pun mencoba pergi mendatangi TKP untuk melihatnya.
Kami berangkat dari sentra kota Majalengka menuju arah Sumberjaya lewat Jatiwangi. Rumah adab Panjalin terletak di Desa Panjalin Kidul RT 1  RW 5 Kecamatan Sumberjaya, sekitar 24 dari kota Majalengka. 

Ada dua rute yang mampu ditempuh yaitu melalui jalur Jatiwangi atau melalui Rajagaluh. Baca juga: Sejuknya perkebunan teh Sadarehe
Jalanan hari itu cukup padat karena masih long weekend menyambut puasa Ramadhan. Dari jalan raya Jatiwangi sebelum Pasar Sumberjaya sebelah kiri akan ada gapura bertuliskan gerbang masuk Desa Panjalin. 

Kami lalu belok kiri dan menyusuri jalan tersebut sampai hingga di percabangan erat balai desa dan masjid. 

pertigaan tersebut kemudian belok kiri dan mentok ada gang, masuk saja ke dalam, Rumah akhlak Panjalin memang berada di gang sempit. Kalau anda gundah, Tanya saja ke warga sekitar pasti akan memperlihatkan jalannya.
Rumah Adat Panjalin


Ruangan dibagi dua
Beberapa meter lalu di samping kanan jalan maka akan ketemu rumah etika tersebut. Rumah adab ini berada di sekeliling rumah-rumah penduduk dan kini dipagari. 

Sekilas rumah budpekerti Panjalin bertipe rumah panggung dan mirip lumbung padi. Rumah panggung ini berukuran 9 x 9 m dengan 16 tiang penyangga dari kayu di bawahnya. 

Kayu penyangga rumah cukup tinggi berlawanan dengan penyangga rumah adat Sunda pada lazimnya . Atap rumah ini dulunya menggunakan rumbia namun sekarang diganti dengan genteng. Baca juga: Mau berenang di mata air Telaga Nilem?
Pintu masuk rumah hanya satu

Kayu pondasi rumah
Dinding rumah yang dibuat dari kayu dan sebagian dari bilik anyaman bambu. Lantai nya memakai anyaman bambu juga. Terdapat satu pintu dan satu tangga untuk masuk ke dalam rumah Panjalin. 

Ruangan dibagi menjadi dua yang dibatasi oleh pintu dan dinding kayu. Nampknya belum banyak orang yang tiba mengunjungi objek wisata budaya ini kecuali beberapa penduduk yang ingin berziarah.
Konon rumah adat ini dibangun oleh Eyang Sanata, yang ialah keturunan Talaga. Beliau juga berbagi agama Islam di kawasan ini, tetapi bukti otentik rumah budbahasa Panjalin selaku peninggalan Islam masih belum ada. 

Kini rumah budbahasa Panjalin diurus oleh keturunan Raden Sanata. Bagi yang ingin tau silahakn datang saja ke sana, gratis ko ga bayar. Baca juga: Main ke kebun teh Taraju yuk!