Blogger Jateng

Perambatan Panas di Permukaan Bumi

Suhu permukaan bumi beragam dari satu kawasan ke daerah yang lain. Perambatan panas di bumi merupakan hasil dari pancaran gelombang radiasi matahari yang masuk ke atmosfer. Panas ini lalu ada yang diserap, dipantulkan bahkan hilang.

Secara lazim daerah yang paling menerima intensitas panas matahari yang maksimal ialah wilayah ekuator atau lintang tropis. Wilayah ekuator atau khatulistiwa memperoleh 12 jam pemanasan saban hari sepanjang tahun.

Baca juga:
Seri reaksi bowen pada batuan beku 
Jenis-jenis gambaran foto inderaja
Menurut cara perambatanya, panas matahari dapat memanasi atmosfer di sekeliling permukaan bumi lewat konveksi, adveksi, trubulensi dan konduksi.
Perambatan panas matahari di Bumi
Konveksi Konveksi merupakan pemanasan secara vertikal. Penyebaran panas terjadi sebab udara panas bergerak naik. Udara yang panas akan memuai dan menjadi ringan sehingga bergerak ke atas lalu ruang yang kosong dibawahnya akan diisi oleh udara yang lebih masbodoh. Dampak dari prosedur ini yaitu terbentuknya angin.
Adveksi Adveksi yakni penyebaran panas dengan arah mendatar atau horizontal. Gerakan ini menciptakan udara di sekitarnya menjadi panas. Contoh adveksi ini ialah ketika terjadinya perbedaan kesanggupan absorpsi panas dan pelepasan panas di lautan dan daratan. Perbedaan peresapan dan pelepasan panas tersebut menciptakan angin darat dan angin maritim.
Turbulensi Turbulensi yaitu penyebaran panas secara berputar-putar. Kejadian ini menciptakan udara yang sudah panas bercampur dengan udara yang belum panas. Turbulensi dipengaruhi oleh ketinggian, mirip pegunungan, bukit atau gedung tinggi.
Konduksi Konduksi merupakan pemanasan dengan cara kontak atau bersentuhan dengan sebuah objek. Pemanasan terjadi alasannya molekul udara di erat permukaan bumi bersinggungan dengan bumi yang mendapatkan panas pribadi dari matahari. Molekul-molekul udara yang telah panas besinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum panas.  

Baca juga: Ciri-ciri tanah podzolik
Gambar: www.srh.noaa.gov