Blogger Jateng

4 Unsur Kehidupan di Bumi

Sekitar 450 Sebelum Masehi, filsuf Yunani Empedoles menulis bahwa dunia ini tersusun atas empat unsur atau bagian yakni tanah, udara, api dan air. Plato kemudian menyebutnya sebagai empat unsur dasar kehidupan. 

Namun dalam kehidupan terbaru saat ini, empat hal tersebut tidak masuk dalam unsur kehidupan namun lebih kepada esensi yang menawarkan segala bentuk fisik. 
Gagasan tentang keempat elemen tersebut memberikan efek terhadap ilmu wawasan barat ketika itu. Keempat komponen tersebut ialah aspek kimia penting sampai Robert Boyle mendemonstrasikan bahwa ada lebih dari empat elemen pada tahun 1661. 

Baca juga:
Terbentuknya hot spot volcano di lautan
Keuntungan multiple cropping bagi petani
Selama dua kurun terakhir, insan sudah menerima pemahaman yang lebih baik perihal unsur atom dan bagaimana mereka terbentuk. Satu hal yang kita ketahui ialah bahwa setiap mahluk di bumi sebagian besar tersusun atas empat bagian atom ialah Oksigen, Karbon, Hidrogen dan Nitrogen. Bersama-sama, mereka menyusun sekitar 96% badan kita.
Ada 92 bagian alami di Bumi dari hidrogen sampai uranium, jadi mengapa secara umum dikuasai kehidupan di Bumi ini tersusun atas empat elemen tadi?. Alasan dasarnya ialah sebab kenyataannya bahwa mereka adalah komponen multi guna yang bisa menciptakan bermacam-macam jenis senyawa kimia. 

Mereka semua juga merupakan komponen yang paling melimpah di alam semesta. Untuk memahaminya kita mesti menyaksikan bintang di angkasa.
Elemen pertama yang muncul sehabis Big Bang dikenali selaku nukleosintesis. Unsur-unsur yang dihasilkan oleh Big Bang tersusun atas 75% hidrogen dan 25% helium dengan beberapa jejak lithium dan berilium. 

Ratusan jutan tahun lalu, hanya empat komponen utama ini yang muncul lalu muncullah bintang pertama. Mereka terbentuk awan nebula besar dengan komposisi hidrogen dan helium. Saat bintang akan mati, inti bintang akan mengganti hidrogen menjadi helium.
 filsuf Yunani Empedoles menulis bahwa dunia ini tersusun atas empat unsur atau elemen yai 4 Unsur Kehidupan di Bumi
Kita punya DNA bintang
Energi yang dihasilkan dari fusi nuklir ini memberikan bintang cahaya terang dan panas yang diharapkan untuk melawan gaya gravitasi beberapa waktu. Seiring waktu jumlah helium di sekeliling inti meningkat. 

Saat helium melimpah di inti, sebagian hidrogen menjadi karbon. Karbon berinteraksi dengan hidrogen menciptakan nitrogen dan oksigen menciptakan helium lewat proses siklus CNO. 
Bintang pertama di alam semesta diperkirakan berskala sungguh besar. Menjelang final hayatnya, mereka memproduksi unsur yang lebih berat seperti silikon, neon dan besi. 

Di luar besi, tidak ada unsur bintang yang bisa bereaksi fusi menciptakan energi. Setelah beberapa ratus ribu tahun pertama tidak ada pasokan energi maka mereka meledak hancur menjadi supernova. 

Gas dan bubuk sisa bintang tersebut terlempar keluar alam semesta. Lambat alun gas dan bubuk ini berkombinasi membentuk bintang baru hingga mereka juga meledak kembali lewat supernova. Baca juga: Hukum kepler ihwal gerakan planet
Lalu sekitar lima milyar tahun kemudian awan dan gas debu membentuk bintang gres lagi. Berkat siklus hidup bintang sebelumnya, bintang baru ini tidak cuma kaya hidrogen dan helium tetapi karbon nintrogen, oksigen dan besi. Saat bintang terbentuk, bubuk di sekeliling bintang membentuk piringan dan kesannya planet terbentuk. 

Planet ketiga (Bumi) ini memiliki nasib baik yaitu tidak terlampau akrab dengan matahari dan tidak terlalu jauh. Hidrogen dan Oksigen melimpah dalam bentuk air, serta karbon dan nitrogen. Akhirnya kehidupan pertama timbul dari adanya unsur-komponen utama tadi.  
Atom dalam badan kita mengandung sejarah dari alam semesta. Hidrogen dalam badan kita lahir diantara empat unsur utama sekitar 13,7 milyar tahun kemudian. Karbon, Nitrogen dan Oksigen dalam otot dan otak tercipta dari bintang yang mati lebih dari 5 milyar tahun lalu. 

Makara kita yaitu belahan dari alam semesta, yaitu punya DNA bintang. Maka setiap manusia punya kapasitas untuk bersinar (berhasil) dalam kehidupannya. Tergantung apakah beliau bisa mereaksikan energi bintang dalam dirinya atau tidak. Gambar: sciencenews.org

Baca juga:
Geografi negara kaya minyak, Qatar
Lahan kritis dan lahan potensial