Presipitasi bagaimanapun terjadinya biasanya dinyatakan selaku kedalaman (jeluk) cairan yang berakumulasi di atas permukaan bumi bila seandainya tidak terdapat kehilangan. Semua air yang bergerak di dalam bagian lahan dari daur hidrologi secara pribadi maupun tidak langsung berasal dari presipitasi.
Jenis presipitasi beragam dan diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang. Presipitasi digolongkan atas dasar genesa dan bentuknya.
Baca juga:
Dampak setempat dan global erupsi gunung api
Jenis-jenis gumuk pasir atau sand dunes
Klasifikasi Genetika Presipitasi Klasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar timbul presipitasi, ada tiga aspek utama yang penting adalah suhu udara yang lembab, inti kondensasi dan sebuah fasilitas untuk menaikan udara yang lembab sehingga kondensasi mampu berlangsung selaku akibat udara yang mendinginkan. Pengangkatan ke atas mampu berjalan dengan cara pendinginan siklonik, maupun konvektif. Baca juga: Produk hasil vulkanisme
Pendinginan siklonik terjadi dalam dua bentuk. Pendinginan siklonik non frontal terjadi dikala udara bergerak dari kawasan di sekitarnya ke wilayah tekanan rendah. Dalam proses ini, udara bertekanan rendah mengalir ke atas, mendingin dan menciptakan presipitasi dengan intensitas sedang (5 - 15 cm dalam 24 sampai 72 jam) tetapi berlangsung cukup lama (24 hingga 72 jam).
Pendinginan siklonik frontal terjadi kalau massa udara yang panas naik di atas sebuah tepi frontal yang masbodoh. Laju presipitasi ini terjadi dalam skala sedang dan sedang dan berlangsung usang. Baca juga: Bedanya kerak benua dan kerak samudera
Pendinginan orografik terjadi oleh ajaran udara samudera yang melalui di atas tanah dan dibelokkan ke atas oleh pegunungan di pantai. Sebagian besar presipitasi jatuh di sisi lereng arah hadirnya angin. Jumlah presipitasi yang lebih minim disebut bayangan hujan terjadi pada segi kemiringan lereng karena hilangnya sebagian besar uap air oleh pegunungan. Baca juga: Bentang alam pesisir dan pantai
Pendinginan konvektif terjadi kalau udara panas naik dan mendingin membentuk awan kemudian turun hujan. Presipitasi konvektif ini merupakan presipitasi yang sangat singkat (jarang melebihi satu jam) namun intensitasnya sungguh tinggi.
Klasifikasi Bentuk Prespitasi Suatu perbedaan yang sederhana namun fundamental bisa dilihat antara presipitasi vertikal dan horisontal. Presipitasi vertikal jatuh di atas permukaan bumi dan diukur dengan penakar hujan sementara presipitasi horisontal dibuat di atas permukaan tanah dan tidak diukur oleh penakar hujan.
Prespitasi Vertikal 1. Hujan : Air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di atmosfer. 2. Hujan gerimis: Hujan dengan tetesan yang sungguh kecil. 3. Salju: Kristal-kristal kecil air yang membeku dari uap air di udara jikalau suhu dikala kondensasi kurang dari 0⁰C. 4. Hujan batu es: gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang turun saat hujan badai. 5. Sleet: adonan hujan dan salju, disebut juga glaze.
Baca juga:
Rumus teori titik henti niscaya
Jenis-jenis teladan pedoman sungai
1. Es: salju yang memadat 2. Kabut: uap air yang dikondensasikan menjadi partikel air halus di dekat permukaan tanah. 3. Embun beku: bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi. 4. Embun: air yang dikondensasikan selaku air di atas permukaan tanah yang dingin khususnya di malam hari. Embun akan menguap di pagi hari.
Variasi intensitas presipitasi di aneka macam tempat berlawanan-beda. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai aspek diantaranya: 1. Garis lintang 2. Ketinggian lokasi 3. Jarak dari sumber air 4. Posisi dan ukuran suatu daratan 5. Arah angin (menuju atau mendekati sumber air) 6. Hubungannya dengan rintangan pegunungan 7. Suhu nisbi tanah
Gambar: nssl.noaa.gov
Jenis presipitasi beragam dan diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang. Presipitasi digolongkan atas dasar genesa dan bentuknya.
Baca juga:
Dampak setempat dan global erupsi gunung api
Jenis-jenis gumuk pasir atau sand dunes
Klasifikasi Genetika Presipitasi Klasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar timbul presipitasi, ada tiga aspek utama yang penting adalah suhu udara yang lembab, inti kondensasi dan sebuah fasilitas untuk menaikan udara yang lembab sehingga kondensasi mampu berlangsung selaku akibat udara yang mendinginkan. Pengangkatan ke atas mampu berjalan dengan cara pendinginan siklonik, maupun konvektif. Baca juga: Produk hasil vulkanisme
Pendinginan siklonik terjadi dalam dua bentuk. Pendinginan siklonik non frontal terjadi dikala udara bergerak dari kawasan di sekitarnya ke wilayah tekanan rendah. Dalam proses ini, udara bertekanan rendah mengalir ke atas, mendingin dan menciptakan presipitasi dengan intensitas sedang (5 - 15 cm dalam 24 sampai 72 jam) tetapi berlangsung cukup lama (24 hingga 72 jam).
Pendinginan siklonik frontal terjadi kalau massa udara yang panas naik di atas sebuah tepi frontal yang masbodoh. Laju presipitasi ini terjadi dalam skala sedang dan sedang dan berlangsung usang. Baca juga: Bedanya kerak benua dan kerak samudera
Bentuk-bentuk hujan |
Pendinginan konvektif terjadi kalau udara panas naik dan mendingin membentuk awan kemudian turun hujan. Presipitasi konvektif ini merupakan presipitasi yang sangat singkat (jarang melebihi satu jam) namun intensitasnya sungguh tinggi.
Klasifikasi Bentuk Prespitasi Suatu perbedaan yang sederhana namun fundamental bisa dilihat antara presipitasi vertikal dan horisontal. Presipitasi vertikal jatuh di atas permukaan bumi dan diukur dengan penakar hujan sementara presipitasi horisontal dibuat di atas permukaan tanah dan tidak diukur oleh penakar hujan.
Bentuk Presipitasi |
Baca juga:
Rumus teori titik henti niscaya
Jenis-jenis teladan pedoman sungai
1. Es: salju yang memadat 2. Kabut: uap air yang dikondensasikan menjadi partikel air halus di dekat permukaan tanah. 3. Embun beku: bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi. 4. Embun: air yang dikondensasikan selaku air di atas permukaan tanah yang dingin khususnya di malam hari. Embun akan menguap di pagi hari.
Variasi intensitas presipitasi di aneka macam tempat berlawanan-beda. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai aspek diantaranya: 1. Garis lintang 2. Ketinggian lokasi 3. Jarak dari sumber air 4. Posisi dan ukuran suatu daratan 5. Arah angin (menuju atau mendekati sumber air) 6. Hubungannya dengan rintangan pegunungan 7. Suhu nisbi tanah
Gambar: nssl.noaa.gov