Majalengka dikala ini memiliki banyak spot wisata gres dan dua objek yang saya kunjungi beserta keluarga liburan kali ini adalah Terasering Argapura Panyaweuyan dan Curug Muara Jaya. Terasering Argpura merupakan suatu daerah pertanian di kaki gunung Ciremai tepatnya di Kecamatan Argapura Majalengka.
Terasering Argapura tidak kalah dengan Subak di Bali. Kami berangkat bertiga dari kota Majalengka dengan motor. Dari sentra kota perjalanan dimulai menuju jalan Cigasong mengarah ke Maja.
Setelah 20 menit perjalanan sampailah di terminal Maja dan ada papan bertuliskan arah menuju objek wisata Curug Muara Jaya di sebelah kiri. Setelah belok kiri jalanan akan menyempit namun masih beraspal manis. Topografi mulai menanjak curam dengan udara yang semakin masbodoh. Di sepanjang perjalanan anda akan menjumpai kebun-kebun sayur warga.
Setelah 12 km perjalanan akan ada persimpangan menuju Curug Muara Jaya. Kami tidak pergi ke curug dulu namun ke Pangaweuyan dahulu untuk melihat terasering. Memang waktu terbaik untuk menyaksikan terasering Argapura ialah pagi hari alasannya adalah jikalau agak siang telah panas.
Dari persimpangan curug tadi perjalanan dilanjutkan dengan kontur yang kian curam menanjak berkelok menaiki bukit. Dari sini saja sudah tampakkeindahan panorama bukit-bukit di kaki Ciremai.
Jalan menunju Lembah Panyaweuyan sempit dan berkelok seperti ke Puncak namun sempit. Daerah ini juga riskan longsor jadi lebih baik anda pergi saat cuaca cerah. Setelah 20 menit perjalanan dari persimpangan tadi sampailah di lokasi terasering Argapura.
Sejauh mata memandang, area pertanian terasering dengan jenis komoditas bawang terhampar rapi dan indah. Objek wisata ini memang masih belum ramai dikunjungi namun telah mulai populer.
Ada yang sengaja datang untuk mencari waktu fotografi. Kalau mau prewed disini pemandangannya cantik juga!. Jika ingin pergi ke puncak maka harus mengeluarkan uang 5.000 rupiah alasannya harus menginjak bawang.
Ini untuk mengantisipasi kerugian petani di sana. Beberapa warung kecil juga tersedia untuk sekedar ngopi dan makan sambil menikmati pemandangan kebun bawang. Bawang disini dipanen satu tahun dua kali kata petani di sana. Jika anda ingin masuk ke kebun maka mesti ijin petani dulu dengan membayar sewa jalan nya.
Setelah 1 jam di lembah Panyaweuyan, kami beranjak turun kembali menuju Curug Muara Jaya yang tadi sudah terlewati karena rutenya satu arah. Cuaca masih cerah jadi pastinya masih waktu tepat untuk berenang di ari menggeluti . Dari puncak Pangaweuyan lalu turun hingga persimpangan menuju Curug. Dari persimpangan, kami turun lagi dan sekitar 600 m sampai di parkiran.
Karcis masuk ke Curug Muara Jaya 15 ribu rupiah per orang. Dari parkiran untuk menjangkau curug mesti turun lagi menuruni tangga yang curam. Lokasi curug ini berada di kaki bukit Panyaweuyan tadi. Dari parkiran tadi perlu waktu 20 menit untuk hingga di Curug. Ada 2 tingkat curug yakni Curug pertama yang paling tinggi sedangkan curug kedua ketinggiannya rendah.
Karena telah cape jadi saya cukup menikmati dinginya air curug di bawah saja. Kiran telah niscaya mandi jikalau lihat air. Saya ga bawa salin jadi hanya nemenin anak aja. Setelah puas berenang kami pulang kembali ke atas dan tidak mengecewakan pegel juga sambil gendong anak. Di tengah perjalanan mampir dahulu di warung-warung yang menyediakan kuliner dan minuman. Kami pesan mier rebus pakai telor untuk ngisi tenaga dulu.
Beres makan, perjalanan dilanjutkan kembali ke atas dan setelah solat zuhur di musola kemudian pulang kembali ke kota Majalengka dan tidur. Selamat berlibur.
Penulis: Guru Geografi, Blogger
Terasering Argapura tidak kalah dengan Subak di Bali. Kami berangkat bertiga dari kota Majalengka dengan motor. Dari sentra kota perjalanan dimulai menuju jalan Cigasong mengarah ke Maja.
Setelah 20 menit perjalanan sampailah di terminal Maja dan ada papan bertuliskan arah menuju objek wisata Curug Muara Jaya di sebelah kiri. Setelah belok kiri jalanan akan menyempit namun masih beraspal manis. Topografi mulai menanjak curam dengan udara yang semakin masbodoh. Di sepanjang perjalanan anda akan menjumpai kebun-kebun sayur warga.
Setelah 12 km perjalanan akan ada persimpangan menuju Curug Muara Jaya. Kami tidak pergi ke curug dulu namun ke Pangaweuyan dahulu untuk melihat terasering. Memang waktu terbaik untuk menyaksikan terasering Argapura ialah pagi hari alasannya adalah jikalau agak siang telah panas.
Dari persimpangan curug tadi perjalanan dilanjutkan dengan kontur yang kian curam menanjak berkelok menaiki bukit. Dari sini saja sudah tampakkeindahan panorama bukit-bukit di kaki Ciremai.
Terasering Argapura Panyaweuyan |
Curug Muara Jaya |
Kiran ngojay di Curug |
Sejauh mata memandang, area pertanian terasering dengan jenis komoditas bawang terhampar rapi dan indah. Objek wisata ini memang masih belum ramai dikunjungi namun telah mulai populer.
Ada yang sengaja datang untuk mencari waktu fotografi. Kalau mau prewed disini pemandangannya cantik juga!. Jika ingin pergi ke puncak maka harus mengeluarkan uang 5.000 rupiah alasannya harus menginjak bawang.
Ini untuk mengantisipasi kerugian petani di sana. Beberapa warung kecil juga tersedia untuk sekedar ngopi dan makan sambil menikmati pemandangan kebun bawang. Bawang disini dipanen satu tahun dua kali kata petani di sana. Jika anda ingin masuk ke kebun maka mesti ijin petani dulu dengan membayar sewa jalan nya.
Setelah 1 jam di lembah Panyaweuyan, kami beranjak turun kembali menuju Curug Muara Jaya yang tadi sudah terlewati karena rutenya satu arah. Cuaca masih cerah jadi pastinya masih waktu tepat untuk berenang di ari menggeluti . Dari puncak Pangaweuyan lalu turun hingga persimpangan menuju Curug. Dari persimpangan, kami turun lagi dan sekitar 600 m sampai di parkiran.
Karcis masuk ke Curug Muara Jaya 15 ribu rupiah per orang. Dari parkiran untuk menjangkau curug mesti turun lagi menuruni tangga yang curam. Lokasi curug ini berada di kaki bukit Panyaweuyan tadi. Dari parkiran tadi perlu waktu 20 menit untuk hingga di Curug. Ada 2 tingkat curug yakni Curug pertama yang paling tinggi sedangkan curug kedua ketinggiannya rendah.
Karena telah cape jadi saya cukup menikmati dinginya air curug di bawah saja. Kiran telah niscaya mandi jikalau lihat air. Saya ga bawa salin jadi hanya nemenin anak aja. Setelah puas berenang kami pulang kembali ke atas dan tidak mengecewakan pegel juga sambil gendong anak. Di tengah perjalanan mampir dahulu di warung-warung yang menyediakan kuliner dan minuman. Kami pesan mier rebus pakai telor untuk ngisi tenaga dulu.
Beres makan, perjalanan dilanjutkan kembali ke atas dan setelah solat zuhur di musola kemudian pulang kembali ke kota Majalengka dan tidur. Selamat berlibur.
Penulis: Guru Geografi, Blogger