Tasikmalaya yaitu sebuah kota yang berada di tempat Priangan Timur. Kota ini populer akan kulinernya yang sangat khas sepeti Bakso Tasik dan Tutug Oncom. Namun kali ini aku tidak akan membahas seputar masakan namun sedikit akibat alias proposal ihwal kota ini.
Saya menghabiskan waktu sekolah dari TK hingga kuliah di Tasikmalaya kurang lebih 20 tahunan. Kemarin pas libur semester aku pergi mengunjungi kembali kota Tasik untuk sekedar silaturrahim dan piknik.
Ada banyak pertumbuhan baik di kota ini mulai dari pertumbuhan pusat perbelanjaan, penegrian UNSIL, pembangunan perumahan sampai ruang terbuka hijau. Kemarin saya pergi ke Dadaha untuk jalan-jalan bareng anak dan isteri alasannya adalah di internet disebutkan ini ruang terbuka hijau di Tasik sudah mulai ditata.
Memang tampaksudah mulai manis dan memperbesar keasrian kota tetapi ada hal lain yang menciptakan miris adalah banyaknya coreta vandalisme di sudut-sudut taman. Ini bukan cuma di Dadaha namun di Alun-Alun Tasik juga sama begitu.
Saya telah mengunjungi beberapa kota mirip Banjarmasin, Bekasi, Majalengka, Jogjakarta dan yang lain. Semua fasilitas biasa mirip RTH di sana terlihat higienis dan rapi namun di Tasik tampaknya bertentangan. RTH yang harusnya asri, bersih kini sudah banyak coretan gak berkualitas dari orang tak bermoral.
Saya tidak mengetahui teladan pikir orang-orang yang suka coret-coret di akomodasi umum. Toh mereka semua yang Banjarmasin, Bekasi, dll juga sama-sama sekolah kan?. Tapi hasil pendidikan ko tetap saja akhlaknya jelek?.
Memang sulit untuk dilihat dari satu segi saja. Judul postingan ini memang agak sadis tetapi apa mau dikata memang mirip itu kenyataannya. Kebenaran harus dikatakn meskipun itu pahit supaya semuanya bisa instrospeksi. Saya melihat dari mulai tugu selamat datang di perbatasan kota Tasik pun sama dicoret-coret.
Tentu pemerintah daerah geram dengan fakta ini dan gampang-mudahan secepatnya menerima solusinya, mampu bikin satgas anti vandalisme atau apalah gitu. Fasilitas biasa harusnya dirawat oleh semua penduduk dan tidak dirusak dengan alasan sarana aktualisasi, tebar kekuatan dll.
Entah itu nanti bila pelaku ditangkap alasannya adalah ikut-ikutan sahabat, iseng atau apalah, jelas yang namanya vandalisme itu sikap jelek. Pemerintah sudah sulit payah membangun kota tapi malah masyarakatnya sendiri yang menghancurkan. Minta emas, habis dikasih malah dilempar watu. Jangan-jangan memang masyarakat kita ini sedang sakit otak nya?.
Mudah-mudahan di tahun baru ini semua penduduk yang masih saja melaksanakan vandalisme sadar dan kembali menjadi insan yang berakhlak. Jadi jangan berharap kota bisa predikat adipura bila kelakuan masyarakatnya tidak cinta lingkungan.
Saya menghabiskan waktu sekolah dari TK hingga kuliah di Tasikmalaya kurang lebih 20 tahunan. Kemarin pas libur semester aku pergi mengunjungi kembali kota Tasik untuk sekedar silaturrahim dan piknik.
Ada banyak pertumbuhan baik di kota ini mulai dari pertumbuhan pusat perbelanjaan, penegrian UNSIL, pembangunan perumahan sampai ruang terbuka hijau. Kemarin saya pergi ke Dadaha untuk jalan-jalan bareng anak dan isteri alasannya adalah di internet disebutkan ini ruang terbuka hijau di Tasik sudah mulai ditata.
Memang tampaksudah mulai manis dan memperbesar keasrian kota tetapi ada hal lain yang menciptakan miris adalah banyaknya coreta vandalisme di sudut-sudut taman. Ini bukan cuma di Dadaha namun di Alun-Alun Tasik juga sama begitu.
Saya telah mengunjungi beberapa kota mirip Banjarmasin, Bekasi, Majalengka, Jogjakarta dan yang lain. Semua fasilitas biasa mirip RTH di sana terlihat higienis dan rapi namun di Tasik tampaknya bertentangan. RTH yang harusnya asri, bersih kini sudah banyak coretan gak berkualitas dari orang tak bermoral.
Saya tidak mengetahui teladan pikir orang-orang yang suka coret-coret di akomodasi umum. Toh mereka semua yang Banjarmasin, Bekasi, dll juga sama-sama sekolah kan?. Tapi hasil pendidikan ko tetap saja akhlaknya jelek?.
Vandalisme di Taman Dadaha Tasikmalaya |
Tentu pemerintah daerah geram dengan fakta ini dan gampang-mudahan secepatnya menerima solusinya, mampu bikin satgas anti vandalisme atau apalah gitu. Fasilitas biasa harusnya dirawat oleh semua penduduk dan tidak dirusak dengan alasan sarana aktualisasi, tebar kekuatan dll.
Entah itu nanti bila pelaku ditangkap alasannya adalah ikut-ikutan sahabat, iseng atau apalah, jelas yang namanya vandalisme itu sikap jelek. Pemerintah sudah sulit payah membangun kota tapi malah masyarakatnya sendiri yang menghancurkan. Minta emas, habis dikasih malah dilempar watu. Jangan-jangan memang masyarakat kita ini sedang sakit otak nya?.
Mudah-mudahan di tahun baru ini semua penduduk yang masih saja melaksanakan vandalisme sadar dan kembali menjadi insan yang berakhlak. Jadi jangan berharap kota bisa predikat adipura bila kelakuan masyarakatnya tidak cinta lingkungan.